Lihat ke Halaman Asli

Venansyus Waruwu

hidup bahagia adalah ungkapan kasih

Kuliah Tidak Mau, Uang Oke?

Diperbarui: 26 Desember 2020   07:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Pada suatu waktu aku ingin berangan-angan menjadi seorang pengusaha. Pengusaha yang aku maksud menjual barang asongan dan sebagai internir di sebuah perusahaan, "kren" menjadi seorang pengusaha, duduk dibelakang meja tinggal mengatur. Namun, dalam perjalanan waktu mimpi itu tidak tercapai pada akhirnya timbul penyesalan. Bagiku dunia ini tidak ada gunanya, dunia ini jauh dari kenyataan, hatiku mulai menggerutu. 

Ketika aku masih duduk di bangku SMA, aku memiliki seorang sahabat namanya "TINA", dia datang untuk menghampiriku, kelak abang menjadi apa?. Dengan jawaban spontan, aku ingin menjadi internir disebuah perusahaan. Ah, bagus sekali cita-citamu bang. Aku tersenyum sipul, aku katakan kepadanya supaya adek juga harus sukses kelak. Tina begitu senang mendengarkan cita-citaku, Tina berpesan semoga abang sukses. Tandasnya. Bagiku Tina seorang sahabat baik, dikala aku sedih selalu memberikan motivasi untuk menghiburku. 

Pada suatu saat seorang sahabat, Tina pergi ke Yogyakarta untuk melanjutkan studinya. Aku pernah dengar bahwa Tina menjadi seorang guru Fisika. Aku bangga seorang sahabat bisa pergi untuk melanjutkan cita-cita yang cerah; semoga cita-cita Tina dapat terwujud dan dapat menyelesaikan kuliah tepat waktu. Aku yakin, Tina selalu sehat dan semangat dalam mengikuti aturan dan proses perkuliahan di kampus. Setiap insan mempunyai cita-cita dan mimpi, itulah hidup perlu untuk di jalani dan dikembangkan. Semoga apa yang telah direncanakan dapat terwujud kelak. 

Tanpa aku sangka dan aku duga, aku berminat masuk seminari. Aku tertarik masuk seminari untuk menjadi seorang calon imam. Aku melihat sosok pastor yang melayani di tempatku begitu baik dan mempesona dalam melayani umat. Seminari bagiku begitu indah penuh dengan keheningan, aku mulai yakin mungkin ini tempat bagiku untuk menjadi seorang pengusaha. Atas keyakinan itu segera aku putuskan dan bulatkan niat di dalamnya mengikuti bimbingan rohani, membaca novel, membaca harian kompas, membaca filsafat, membaca majalah, membaca buku rohani Antoni Demelo. 

Bagiku buku Antoni Demelo sangat baik untuk dihayati dan di dalami. Dalam perjalanan waktu yang telah  aku lalui begitu banyak hal yang membuatku semakin dewasa, terampil dalam melaksanakan tugas yang penuh tanggung jawab. Akan tetapi perjalanan waktu yang telah dilewati terkadang aku merasakan kebosanan, setres, buntu dan tidak tahu apa-apa. Terkadang aku tidak terpikirkan lagi, apa yang harus aku perbuat, dengan hati yang ikhlas aku bulatkan tekat untuk "keluar" meninggalkan panggilan suci itu. 

Aku terkadang bingung, aku terkadang suntuk, dunia ini penuh gejolak yang begitu besar. Aku punya prinsip tidak melanjutkan kuliah lagi, dan hanya punya angan-angan mencari uang. Yang terus aku pikirkan hanyalah uang, tidak lebih dari itu. Bagiku banyak uang makin sukses. Dunia sedang berputar, akhlak tidak ada lagi, roh pergi tak tahu kemana, ambisi dangkal, mimpi tidak jelas. 

Aku sering galau, cemas masa depan. Aku terkadang berpikir yang penting santai, enjoi, dan dapat uang pikiran itu makin menyelimuti kepalaku setiap saat, aku tidak bisa tidur dan makan. Ah, kuliah tidak terpikirkan lagi, harapan tidak ada lagi. Hidup tinggal penyesalan, seakan-akan dunia akan kabur diselimuti awan yang tebal. Hatiku beku seperti salju. Mungkinkah hidup bisa lebih baik jika seandainya banyak uang?. Salah satu pertanyaan yang selalu muncul dipikiranku setiap saat. Pertanyaan itu selalu terngiang ngiang di telingaku. 

Aku ambil tekat memilih kampus yang sederhana di Gunungsitoli di pulau Nias. Bagiku Nias tempat impian dan indah, keindahan alam yang cukup sederhana menjadikanku untuk berjuang. Nama kampus itu; SEKOLAH TINGGI PASTORAL (STP) DIAN MANDALA Gunungsitoli,  di sana aku menamatkan jurusan pendidikan agama Katolik.

 Indahnya kebersamaan di dalam kelas menjadi motivasi untuk melanjutkan studi. Para sahabat memberikan dorongan dan menyemangati  untuk tetap belajar. Motivasi mulai kabur, dan pada akhirnya aku tetap fokus untuk memperbaikinya. Bagiku kuliah itu sangat baik, karena tinggal belajar untuk mengisi diri. Bagiku tidak ada kata terlambat untuk mengubah segala sesuatu. Karena penyesalan yang selalu datang terlambat sehingga pada akhirnya tidak ada kesempatan untuk mengubahnya. Aku sangat bahagia dan memacu semangat awal untuk menatap masa depan yang hampir di ujung tanduk. 

Seribu pilu aku berkata bahagia. Karena keindahan selalu menghampiri hidupku. Segenap keluargaku, dan sahabat. Insan menjalin asmara telah pergi tidak tahu kemana. Pertemuan jarang, aku terkadang berpikir kata manis tidak bisa di ubah menjadi pahit. Itulah akhlak yang aku alami dalam kehidupanku. Seribu pilu dapat terobati dengan wisuda menggelar titel, rasa iba semakin melekat. Tina yang sudah pergi meninggalkan tidak menjadikan diriku murung, galau. Biarlah kepergian Tina meninggalkan gores, keberhasilan memberi harapan yang menggelegar. 

Ah, akhirnya terkadang mimpi keindahan yang selalu menghampiri diriku pergi tidak tahu kemana. Namun di saat aku putus harapan kembali dan memberi petunjuk. Hati yang telah merona datang silih terlambat. Kepedihan tidak bisa di bayar oleh uang. Namun kegembiraan yang membara membuatku berjuang mendapatkan keberhasilan. Seorang anak muda mendapatkan akhlak ketika sukses. Kebahagian di dapatkan apabila seorang itu telah memberanikan diri untuk berjuang. Pada akhirnya dapat bergembira. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline