Bicara soal BBM, Pemerintah tampaknya tidak pernah sudi belajar dari masa lalu. Dengan isu subsidi yang membebani keuangan negara, dalam sebulan terakhir masyarakat terus menerus dijejali informasi rencana kenaikan harga BBM.
Mudah ditebak, kecuali disambut demo yang marak di mana-mana, kabar rencana kenaikan BBM serta merta diikuti kenaikan harga-harga kebutuhan pokok. Runyamnya lagi, akhir-akhir ini terjadi kelangkaan BBM di pelbagai daerah. Penyebabnya apalagi kalau bukan para spekulan yang langsung melihat potensi keuntungan berlipat jika mereka bisa menimbun BBM jika nanti harganya benar-benar dinaikkan.
Demo menentang kenaikan BBM yang dimotori mahasiswa memang begitu seksi dan menggoda. Sebab isu yang diusung opara pendemo begitu mengena di hati masyarakat. Ya, sebab isu yang diusung adalah ancaman nyata masyarakat kebanyakan yang akan semakin menderita dan menjadi miskin papa jika harga BBM naik. Masyarakat mana yang tidak merasa dibela dengan isu ini? Apalagi, aksi demo juga menjadi seakan-akan heboh berkat liputan media massa.
Sisi lain yang senantiasa melekat di sekitar kabar rencana kenaikan harga BBM adalah harga-harga yang membubung tinggi. Di sini lagi-lagi muncul tabiat dasar bangsa yang acap memanfaatkan setiap hal untuk kepentingan pribadi. Karena ada kabar BBM akan naik, maka sektor transportasi uring-uringan dan merajuk meminta permakluman jika kemudian mereka menaikkan ongkos angkut. Aksi mogok di sektor angkutan umum menjadi bagian dari maraknya isu kenaikan harga BBM ini. Tak pelak, hal ini ikut mengkerek pergerakan harga-harga. Maklum, mana mungkin barang berpindah tempat tanpa angkutan?
Kecuali maraknya aksi demo dan pergerakan harga kebutuhan pokok, yang paling menyebalkan ya ulah spekulan. Dengan kinerja kepolisian yang acakadut saja saat ini sudah banyak ditemukan kasus penimbunan BBM di mana-mana. Bayangkan seandainya Polisi proaktif mengungkap praktik penimbunan BBM ini. Dijamin jumlah yang terungkap akan semakin banyak saja. Praktik ini jelas merugikan masyarakat dan juga Pemerintah. Dan siapa pun tahu semua hal buruk ii muncul sebagai dampak isu kenaikan harga BBM sebagaimana terjadi di tahun-tahun lalu.
Penulis yakin semua yang sekarang tengah menyandang jabatan Menteri, Anggota DPR, bahkan Presiden memahami kondisi psikologis serta realitas yang berkembang di tengah masyarakat jika kenaikan harga BBM terus menerus diwacanakan tanpa kejelasan arah dan ketegasan Pemerintah selama berbulan-bulan.
Atau, jangan-jangan Pemerintah memang sengaja menjadikan rencana kenaikan harga BBM ini sekadar sebagai wacana pengimbang isu upaya Pemebrantasan Korupsi yang setiap hari menempati halaman utama media massa ? Toh, bangsa Indonesia memang terbukti gemar dengan wacana yang di-blow up di media massa?
Atau, inilah tambahan bukti nyata Pemerintah sekarang dipimpin sosok yang ragu-ragu, banyak mikir, miskin tindakkan? Hal mana menyebabkan sebuah stasiun televisi begitu kurang ajarnya dengan memberi judul salah satu acaranya: So Slow Bimbang You Don't Know...
Hanya Tuhan yang Mengetahui...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H