Manusia mana yang tak pernah jatuh cinta? semuanya pasti pernah, setidaknya untuk sekali seumur hidup. Begitu banyak tafsir mengenai cinta ini, bahkan filsafat pun membahasnya. Seperti jalan tauhid, cinta pun berhirarki (bertingkat); Cinta Eros (bersifat fisik/nafsu), Philia (persahabatan/kasih sayang), dan puncaknya Agape (cinta ke-Tuhanan). Koreksi kalau saya salah.
Disini saya hanya akan sedikit berbagi unek-unek tentang cinta biasa yang dialami oleh semua manusia biasa. Cinta yang membuat kita meletup-letup bahagia hingga membuat kita sesak karenanya.
Cinta itu minnah, anugerah dari Allah, yang datangnya "Min Haitsu La Yahtasib," tanpa diduga-duga. Bisa di detik ini, satu jam kemudian, esok ataupun lusa, bahkan tidak dalam hitungan apapun. Dalam hal ini, pepatah jawa "Witing trisno jalaran soko kulino," tak berlaku.
Meskipun, dalam realitanya, sangat sering terjadi, bahwa ketika kita sering berinteraksi dengan seseorang, akan timbul perasaan cinta. Tapi, sekali lagi, tumbuhnya rasa cinta hanya Gusti Allah yang punya kewenangan dan kuasa untuk membolak-balikan hati manusia.
Pepatah mengatakan, "diam yang paling tenang adalah mendoakan". Ini cara dan jalan mencintai paling rahasisa saya rasa. Seolah tak acuh saat bertemu, mengabaikan, padahal tanpa jenengan tahu bisa jadi dia berharap tatap.
Diam adalah jalan yang sunyi. Harus siap nahan sesak, saat dia tersenyum dan tertawa karena seseorang yang bukan kamu. Tapi, katanya puncak mencintai ya mengikhlaskan.
Agak susah ya? ketika kita jatuh cinta pada seseorang, rasa itu dibarengi dengan perasaan ingin memiliki. Itu sebab, Dr. Fachrudij Faiz dalam salah satu ngaji filsafatnya pernah mengatakan, cinta itu paradoks. Seolah mengikhlaskan namun saat dia dengan yang lain kita tak rela bahkan nangis di kamar.
Ada berbagai permasalahan cinta, ada yang terjebak dalam friend zone, ada yang cinta sepihak, ada yang saling menyinta namun tak dapat bersatu karena terhalang sesuatu. Kalau kata Andrea Hirata dalam novel Edensor; "cinta apakah yang paling menyakitkan dana memilukan di dunia? apakah cinta yang terpisah karena beda agama? status sosial? perselingkuhan? atau terpisah oleh benua dan samudra? tidak. Setidaknya semua masalah cinta tadi, keduanya masih bisa saling mencintai atau membenci. Tapi cinta yang paling menyakitkan dan memilukan di dunia adalah Cinta yang Tak Peduli.
Saya jadi teringat kembali dengan sosok Arai (tokoh dalam novel sang pemimpi), dia adalah seorang siswa SMA juga seorang pria remaja yang jatuh cinta, tidak. Tapi tergila-gila pada seorang perempuan bernama Zakiah Nurmala, tak habis akal dan perjuangan Arai untuk mendapatkan sedikit saja perhatian dari Zakiah, tapi nampaknya hati Zakiah terlalu kokoh. Jangankan untuk memberikan reaksi apalagi balasan cinta bahkan dia menganggap Arai sebagai sosk tak kasat mata.
Kalau kata Arai, Zakiah itu bagaikan tembok yang kokoh dan usaha dia untuk mendapatkanya ibarat lemparan lumpur. Apakah tembok itu akan roboh hanya karena lemparan lumpur? tentu tidak. Tapi, meninggalkan bekasnya di tembok tadi. Saya yakin sebagai manusia yang punya hati bukannya dia tak pernah bergeming sama sekali dengan semua perjuangan Arai, saya rasa dia hanya gengsi, terlalu keras kepala dengan menolak mentah-mentah cinta Arai.
Hingga ketika Arai berkuliah di Sorbone, Paris, Prancis. Waktu itu peringatan hari kematian king of rock, Jim Morrison, Arai membacakan sebuah puisi dan tentu itu bukan untuk sang raja rock, tapi sang pujaan hati Zakiah Nurmala. Disinilah ttitik nadir seorang Arai, bagaimana pun dia adalah seorang manusia biasa yang juga bisa lelah. Setelah bertahun-tahun, berbagai cara dia lakukan. Tak sekalipun Zakiah mau menoleh ke arahnya.