Lihat ke Halaman Asli

Kang Warsa

Sering menulis budaya, filsafat, dan kasundaan

Turbulensi Sosial

Diperbarui: 17 Juni 2015   13:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Terdapat banyak teori yang menjelaskan asal-usul kejadian alam semesta. Tiga teori telah dicetuskan secara ilmiah, teori Big-Bang, Quantum, dan teori Keadaan Tetap. Tentu saja, masing-masing teori memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dan kekurangan tersebut sangat wajar, sebab dilahirkan dari pemikiran manusia, meskipun akal manusia bisa mengembara kepada hal yang sulit terjangkau, namun ada sekat keterbatasan, saat membentur benteng bernama masa lalu juga hal-hal yang bersifat metafisik.

Teori Big-Bang dicetuskan oleh Stephen Hawking menjelaskan alam semesta bermula dari ledakan satu titik tunggal yang memiliki volume nol dengan kerapatan tak terhingga, terjadi sekitar 14 milyar tahun lalu. Secara ilmiah teori ini telah diterima. Kelemahan teori ini yaitu telah memutus satu causa prima, penyebab meledaknya titik tunggal tersebut. Sebuah ledakan tanpa adanya campur tangan dari sebuah kesadaran tertinggi hanya akan menghasilkan serpihan-serpihan acak, tidak teratur dan tidak tertata, ketika tertata pun terjadi akibat sebuah kebetulan.

Jika alam semesta lahir dari proses kebetulan, sudah dipastikan akan lahir kebetulan-kebetulan lain. Sementara pandangan ilmiah tidak lahir dari hal yang serba kebetulan. Lebih dari itu, teori ini diyakini telah meniadakan penciptaan alam semesta dari satu sumber yang memiliki kecerdasan tidak terhingga.

Terhadap teori Big Bang yang menyebutkan alam semesta terjadi sekitar 14 Milyar tahun lalu patut ditanyakan? Seperti apa akurasi hitungan usia alam semesta tersebut? Benarkah ledakan dahsyat tersebut terjadi 14 Milyar tahun lalu? Sementara hingga saat ini, luas alam semesta masih belum terpecahkan hanya dengan mengambil sampel terkecil dari planet bumi ini. Pada sisi lain, konsep Big Bang mengalami kebuntuan ketika harus menjawab, kapan alam semesta akan berakhir?

Terdapat banyak misteri di alam semesta, perpaduan dan harmonisasi antara fakta real dengan alam-alam metafisika. Kajian untuk mengukur dan mengetahui kapan alam semesta lahir tidak hanya harus melibatkan  metode ilmiah dan pseudo-sience, metode para-logis pun harus digunakan. Sebuah kajian yang menggunakan penelaahan antara lahir dan bathin. Sifatnya memang subyektif, namun pada dasarnya, hampir seluruh teori dilahirkan dari subyektivitas penemunya.

Pengetahuan terhadap usia alam semesta, asal-usul dan keberadaannya akan membawa kita pada sebuah kesimpulan terhadap keberlangsungan kehidupan manusia dan hubungannya dengan alam. Juga akan sedikit memberikan jawaban terhadap fenomena-fenomena sosial yang sering menjadi bahan perdebatan dari dulu hingga sekarang; agama, ajaran, dan keyakinan. Dua hal ini; antara alam semesta dengan ajaran merupakan dua perangkat yang telah disematkan dalam kehidupan, sebagai hardware dan software , perangkat keras dan perangkat lunak.

Jika teori-teori ilmiah lebih banyak dihasilkan dari sikap antroposentris, manusia sebagai sumber pengetahuan, maka dalam tulisan ini, penulis akan menyajikan hal terbalik, sumber segala hal bermula dari kekuatan besar yang memiliki kecerdasan tidak terbatas. Alloh. Tentu saja, ketika Tuhan dimasukkan ke dalam pengetahuan akan merusak keilmiahan satu hal, itu bagi penganut positivisme, karena positivisme lahir dari keterbatasan saat mengupas hal yang tidak terbatas.

KUN FAYAKUN

Bagi sumber kecerdasan tanpa batas, sangat mudah untuk menciptakan alam semesta, menyusunnya menjadi sebuah ampiteater raksasa dengan sistematis dan terstruktur, tanpa melalui proses ledakan, atau apa pun. Karena kemaha sempurnaanNya. Artinya, jika melihat kepada begitu terstruktur dan tertatanya alam semesta, keberadaan alam semesta ini dihasilkan dari sebuah kreasi dan diciptakan oleh sumber kecerdasan tidak terbatas.

Alam semesta sebagai sebuah hardware raksasa, komputer dengan ukuran besar ini tidak akan berjalan tanpa dilengkapi  sebuah software. Perangkat lunak ini diciptakan oleh Alloh untuk membawa alam semesta pada sebuah keharmonian, hukum yang disematkan oleh Alloh kepada setiap entitas yang berada di alam semesta, sunnatullah. Bukan hanya itu, pada saat yang bersamaan, Alloh pun menciptakan cikal bakal seluruh manusia, bernama Ruh..

Semuanya diciptakan pada waktu bersamaan. Hardware dengan software ini telah sempurna. Maka, dengan melihat hal tersebut, ajaran Alloh SWT yang disematkan kepada alam ini hanya satu. Pengakuan seluruh ruh manusia terhadap keilahianNya, ajaran yang lahir sejak alam diciptakan pun adalah satu karena berasal dari satu sumber.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline