Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Waroeng Semawis

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1407493339309190992

Waroeng Semawis lahir bersamaan dengan peringatan 600 tahun pendaratan Cheng Ho (Zheng He) atau Sam Poo Kong tahun 2004 di kota Semarang, awalnya diselenggarakan dengan sebutan 'Pasar Imlek Semawis' pada saat tiga hari menjelang Imlek saat itu. Sehingga hingga saat ini nama Waroeng Semawis disebut juga sebagai Pasar Semawis, sebuah penamaan yang memang menggambarkan nuansa tempat tersebut sebagai 'pasar'.

Pasar Imlek merupakan tradisi berbelanja segala macam kebutuhan menjelang Tahun Baru Imlek yang ketika itu telah dinyatakan sebagai Hari Libur Nasional atas prakarsa Presiden Abdurrahman Wahid. Pada selang dua tahun kemudian, Waroeng Semawis menjadi acara tetap yang hadir di kawasan Pecinan kota Semarang pada hari-hari akhir pekan.

Kata 'Semawis' sendiri  merupakan kosakata bahasa Jawa halus (kromo inggil) untuk sebutan kota Semarang, namun juga dijadikan akronim sebagai 'Semarang untuk Pariwisata' oleh penyelenggara Waroeng Semawis, yaitu Kopi Semawis (Komunitas Pecinan Semarang untuk Pariwisata). Dibuka setiap hari Jumat, Sabtu, dan Minggu pada pukul 18.00 hingga 23.00 WIB, Waroeng Semawis menempati lokasi pada Jalan Gang Warung di daerah Pecinan kota Semarang.

Bagi pengunjung yang masing asing dengan wilayah Semarang, dapat mencari lokasi Waroeng Semawis ini dengan mencari Jalan Gajah Mada untuk kemudian menuju perempatan Jalan Depok untuk ke arah Jalan Wahid Hasyim (daerah Kranggan) hingga tepat di depan gerbang besar gaya Tionghoa bertuliskan “Pecinan Semarang” dimana kendaraan dapat diparkirkan disana. Alternatif lainnya dari Jalan Gajah Mada adalah menuju ke  Jalan Wotgandul Barat, lalu melalui Jalan (daerah) Plampitan, Jalan Wahid Hasyim (daerah Kranggan), untuk kemudian memarkirkan kendaraan di Jalan Beteng. Jalur lain adalah lewat Pasar Johar atau Jurnatan, kemudian masuk lewat jalan Pekojan untuk kemudian memarkirkan kendaraan di jalan Gang Pinggir. Setiap akhir Minggu malam saat Waroeng Semawis digelar, beberapa jalan di Pecinan ditutup salah satu ujungnya, yaitu jalan Gang Besen, Gang Tengah, Gambiran, Gang Belakang, dan Gang Baru. Jalan-jalan tersebut dapat digunakan untuk parkir kendaraan pengunjung Waroeng Semawis.

Karena letaknya di tengah kawasan Pecinan maka Waroeng Semawis dikelilingi oleh bangunan-bangunan lama yang menambah suasana eksotis. Dari sebelas kelenteng besar di Semarang, sepuluh di antaranya terletak di kawasan Pecinan ini, ditambah Kelenteng Sam Poo Kong yang terletak di luar kawasan Pecinan, yaitu di daerah Simongan. Sepuluh kelenteng di kawasan Pecinan tersebut adalah Hoo Hok Bio, Siu Hok Bio, Tay Kak Sie, Kong Tik Soe, Tong Pek Bio, Liong Tek Hay Bio, Hok Bio, See Hoo Kong, Wie Wie Kiong, dan Kelenteng Grajen; dimana masing-masing memiliki nilai dan sisi historis tersendiri.

[ www.WaroengSemawis.com ]




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline