SOTR "Saur On The Road", Terdengar biasa saja untuk sebuah kegiatan di bulan puasa. Kegiatan yang biasanya di ikuti oleh sekelompok remaja yang berlangsung saat jam sahur ini, seharusnya menjadi ajang untuk kegiatan yang lebih positif, namun sangat disayangkan banyak sekali ulah para kelompok "SOTR" ini yang menjadikan ajang tawuran atau gaya-gayaan di jalan sampai membuat kerusuhan.
Sehingga tak sedikit warga yang menjadi resah dengan kegiatan ini. Mau tidak mau penegak hukum harus turun memberikan perhatian khusus agar kegiatan "SOTR" ini tidak merugikan bagi warga lainnya. Karena tak jarang mereka membawa benda tajam.
Dilansir dari beberapa berita online maupun stasiun televisi, kegiatan "SOTR" ini sedang menjadi topik hangat perbincangan publik.
"Seperti tawuran antar pemuda pada Minggu (3/6/2018) dini hari menjelang subuh, yang terjadi di Jalan Saharjo, Tebet dan di depan SMK Penerbangan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan".
"Dikutip dari akun Twitter resmi TMC Polda Metro Jaya, Minggu (3/6/2018), tawuran akibat sahur on the road terjadi di Jalan Soepomo Jakarta Selatan, yakni di sekitar Universitas Sahid, pukul 01.42 WIB". Disertakan juga video yang menunjukan jalanan dengan sampah berserakan.
Dua kejadian di atas menunjukan bahwa kegiatan Sahur On The Road sudah tidak "sehat" lagi. "SOTR" jaman sekarang sering sekali diwarnai dengan kerusuhan antar remaja yang merugikan banyak orang. Sampah berserakan, kegiatan vandalisme, sampai aksi tawuran.
Terkait dengan pro dan kontra "SOTR", memang kembali lagi kepada pendapat masing-masing khalayak. Jika kegiatan ini bisa dikondisikan menjadi kegiatan yang bermanfaat, menurut saya tidak masalah. Namun jika sudah menyalahi aturan dengan menjadikan ajang untuk membuat masalah seperti tawuran, sebaiknya dibuat aturan yang membuat mereka jera. Tentunya ini akan menjadi PR bagi pihak penegak hukum.
