Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Sembelit Pagi

Diperbarui: 21 September 2017   13:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber: blogmbahblack.blogspot.co.id

Malam menghantarkan  kemelutnya sepanjang  waktu. Uap  panas  seharusnya telah  memompa segala sisa  pembuangan  berkarat sepanjang tahun.   Akupun seharusnya telah  mencoba menjemput pagi dengan senyuman manis  setelah rehat sejenak.

"Selamat pagi," Suara gemuruh menyapa.

"Bukan, besok saja sekalian." jawabku  terjerat  kantuk berat

"Kenapa harus ditunda?"

"Pokoknya besok  saja. Titik!"

"Kamu bodoh!"

Pantatku ditendang seseorang. Aku melengos memeluk bantal guling empuk. Melanjutkan tidur yang tertunda. Waktu kini  terbalik. Sinar pagi tak lagi menarik, sementara  malam indah sepanjang  jalan berlampu hias tak mampu lagi memberikan atmosfir pikiran  jernih.

"Seperti apa kebijaksanaan itu, wisdom....wisdom.....kepalamu?"

 Sesungguhnya aku telah menyusun harapan sejak aku  mulai belajar  membaca tanda-tanda  zaman meskipun aku mungkin  selalu keliru memulai abjad  dengan benar. 

Tapi, aku  tetap percaya pada proses yang dilakoni, apapun bentuknya. Seandainya  harus memulai dari sesuatu, paling tidak aku sukai sekalipun, itupun harus dilakoni dengan  penuh penghayatan. 

Benar juga kata sahabatku,  sesuatu yang kita sukai belum tentu akan berdampak baik bagi kita, demikian  juga sebaliknya sesuatu yang tidak kita sukai  bisa jadi akan berdampak baik bagi kita sendiri. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline