Lihat ke Halaman Asli

Secangkir Kopi, Pak Tua dan Kota Mati

Diperbarui: 25 Agustus 2020   23:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri


Dulu kami masih sering berbincang akrab sambil menyeruput Secangkir Kopi bersama di tempat ini.

Dulu kami biasa berdiskusi di tempat ini sebelum memulai aktifitas seperti biasanya tanpa merasa kuatir di curigai.

Dulu di tempat ini kami biasa membahas tentang masa lalu, masa kini dan juga masa depan nanti tanpa perlu kuatir ada gesekan karena perbedaan cara pandang kami.


Dulu di tempat ini kami biasa mendengarkan petuah dari mulut Lelaki Tua yang sering berkata, "Ada kehangatan di dalam Secangkir Kopi yang kita nikmati bersama-sama hari ini,"

Dulu di tempat ini kami biasa mendengarkan Lelaki Tua ini bercerita tentang pahit manisnya kehidupan yang telah Ia lewati.

Dulu di tempat ini kami biasa mendengar, "Ada ketulusan di dalam Secangkir Kopi yang di racik dengan sepenuh hati,"

Dulu kami biasa melihat senyum terkembang dari bibir Lelaki Tua yang tidak pernah menolak undangan untuk menikmati Secangkir Kopi bersama-sama di tempat ini.

Dan dari Lelaki Tua itu kami tau bahwa,"Selalu ada persahabatan dari Secangkir Kopi."

Tapi kini?


Setidaknya jika saat ini Pak Tua itu ada disini, mungkin saja ada satu atau dua ceritanya yang bisa menghibur kami. Saat kedua mata kami dipaksa untuk melihat ke arah Orang-orang yang tengah tertawa terbahak-bahak melihat penderitaan saudaranya sendiri di Kota Mati.





BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline