*****
Walau secara fisik penampilanku saat ini telah berubah menjadi seekor Harimau Sumatera, berjenis kelamin jantan yang memiliki panjang sekitar 250 cm dari kepala ke kaki dengan berat sekitar 140 kg dan tinggi sekitar 60 cm, tapi Aku masih mampu mengerti bahasa wanita cantik berkacamata yang tengah berbisik di telingaku sambil mengusap bulu-bulu halus di wajahku.
Ditepi sungai Tapa yang permukaan airnya saat ini terlihat masih meluap, wanita cantik berkacamata ini kembali menangis sesegukan, setelah sebelumnya wanita cantik yang berasal dari kota ini tak mampu menahan kesedihannya, semenjak Datuk Garang Bamato Merah dan Nenek tua berkerudung bergo panjang warna merah marun itu pergi meninggalkan kami berdua dipinggir Makam Keramat, tak lama setelah mengutukku menjadi harimau jadi-jadian di tempat ini.
Dikeremangan cahaya senja, Aku dan wanita cantik berkacamata ini masih duduk terpekur dipinggiran sungai, sambil berharap ada sampan yang melewati sungai Tapa yang bentuknya seperti ular yang tengah melingkari Hutan Larangan ini.
Hari mulai gelap dan sepertinya wanita cantik yang berasal dari kota itu mulai terlihat putus asa, karena, satu-satunya sampan yang menjadi harapannya agar Ia bisa meninggalkan kawasan Suaka Margasatwa ini sudah tidak berada ditempatnya lagi.
Sambil mengaum pelan, penuh kasih, Aku jilati wajah cantik wanita berkacamata yang memiliki kulit berwarna kuning langsat ini sebagai tanda bahwa saat ini Aku bisa memahami kegelisahannya terkurung ditempat ini.
Wanita cantik berkulit kuning langsat yang mengenakan rok kain panjang berwarna hitam, di padu dengan baju atasan berwarna putih itu memeluk leherku. Sambil mengusap bulu-bulu halus warna kuning kemerahan sedikit gelap ditubuhku, wanita cantik ini kemudian mengecup pelan keningku.
***
Sepanjang malam, wanita cantik berkulit kuning langsat ini tertidur pulas sambil memeluk bulu-bulu halus di tubuhku, setelah sebelumnya, kejadian yang membuat Nenek tua berkerudung bergo panjang warna merah marun itu mengutukku menjadi seekor harimau jantan kembali terulang lagi ditempat ini.
Saat itu, di bawah langit yang menghitam, di atas dedauanan yang menjadi alas bagi tubuh wanita cantik berkacamata ini, di bawah keremangan cahaya Bulan, entah kenapa wanita cantik yang berasal dari kota itu seperti kembali "menginginkan" lagi apa yang sudah Aku dan ia lakukan di dalam pondok kayu siang tadi.