*****
Cerita yang akan kuceritakan padamu ini bukanlah tentang isi Ramalan Jayabaya. Ini hanya cerita tentang suatu masa setelah sepasang Bintang berwarna merah yang sinarnya paling terang di antara Bintang berwarna putih lainnya. Sepasang Bintang yang saat ini tengah di berikan sedikit 'kekuasaan' oleh Sang Raja.
Boleh saja engkau beranggapan bahwa apa yang aku ceritakan ini adalah bagian dari salah satu masa yang pernah tertulis di dalam kitab ramalan Jayabaya. Seperti yang engkau tahu, ramalan Jayabaya terbagi dalam enam periode sejarah. Di mana setiap sejarahnya akan memakan waktu hampir seratus tahun lamanya.
Apakah engkau pernah membaca kitab yang berisi ramalan Jayabaya? Ramalan yang telah dituliskan ratusan tahun yang lalu oleh seorang raja yang adil dan bijaksana dari Kerajaan Kediri yang bernama Prabu Jayabaya.
Jayabaya adalah tokoh yang melahirkan kitab ramalan yang hingga kini masih dianggap memiliki 'tuah' dan dipercaya masih berlaku, yakni Jangka Jayabaya. Salah satu ramalan Jayabaya yang paling kesohor adalah soal para pemimpin negeri ini. Ramalan Jayabaya menyebut bahwa pemimpin Indonesia yang berarti presiden adalah No-To-No-Go-Ro.
Sekarang dengarkan suaraku secara perlahan-lahan. Masuklah ke alam pikiranku dan katakan.
"Rasamu adalah rasaku".
Lihatlah keadaan di sekelilingmu dengan penglihatanku. Agar engkau mampu melihat dan merasakan apa yang akan aku ceritakan padamu.
*****
Apa yang engkau pikirkan? Apakah engkau masih teringat dengan semua ceritaku tentang sepasang Bintang berwarna merah yang sinarnya paling terang di antara Bintang- bintang berwarna putih lainnya, yang saat itu tidak pernah aku tuliskan secara utuh jalan ceritanya.
Apakah engkau tahu? Bahwa sepasang Bintang berwarna merah yang sinarnya paling terang di antara Bintang berwarna putih lainnya itu saat ini telah berhasil duduk di atas singgasana? Singgasana milik Sang Raja, di negeri yang pernah di ramalkan oleh seorang Raja sekian ratus tahun yang lalu bahkan sebelum para pendiri bangsa ini ada.