Lihat ke Halaman Asli

Siapa Aku?

Diperbarui: 1 April 2019   23:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dok. warkas1919

Untukmu yang masih bertanya-tanya siapa aku. Kemarilah. Datang dan duduklah di sebelahku. Ya, duduklah di situ. Sekarang, apa yang bisa kubantu?

"Bolehkah aku mengenalmu?"

Bukankah dari dulu aku selalu bersamamu? Dan aku tidak pernah pergi jauh darimu? Ada apa denganmu? Kenapa saat ini aku terlihat begitu asing di matamu? Bukankah dahulu engkau begitu dekat denganku? Dahulu, kapanpun engkau mau, engkau bisa memanggilku. Dahulu, setiap saat engkau memanggilku dengan hatimu.

"Bayak orang yang telah menjadi gila karena melewati jalan itu." Katamu sambil menunjuk ke arah jalanan panjang di depanmu. "Jika menurutmu, jalan itu adalah jalan yang harus aku lalui agar aku bisa terus bersamamu. Maka aku memutuskan untuk tidak akan mengikuti langkahmu, sebab aku takut menjadi gila. Seperti mereka-mereka yang saat ini telah menjadi gila karena pernah melewati jalanan itu."

Jalan yang terlihat begitu menakutkan itu. Sebenarnya adalah jalan yang engkau cari-cari selama ini.

"Aku tidak akan mengikuti langkahmu melewati jalan itu." 

Baiklah! Aku adalah aku, jalanku bukan jalanmu, dan jalanmu bukan jalanku. Kataku waktu itu sambil terus melihat kepergianmu. Waktu itu. Dalam keadaan bimbang, engkau pergi meninggalkanku. Tahukah engkau? Bahwa sedetikpun aku tidak pernah pergi meninggalkanmu? Dari kegelapan aku selalu melihatmu. Dari kesunyian kucoba berbisik di telingamu. Di saat engkau tengah sendirian, aku selalu berada di dekatmu. Walaupun aku tahu, engkau tidak pernah hirau dengan kehadiranku di dekatmu.

Pun bersama Sang Dewi Malam aku terus memperhatikanmu. Membiarkanmu terus berjalan memasuki ruang demi ruang mimpi milik Sang Dewi Malam. Membiarkanmu bercengkrama dengan mereka-mereka yang tidak pernah bisa hadir di dalam kehidupan nyatamu.

Membiarkanmu terus bercengkrama dengan orang yang di dalam kehidupan nyatamu, yang bahkan bahunya itupun tidak pernah bisa kau jadikan sandaran kepalamu.

Dan seperti yang engkau lihat. Aku masih tetap berada di sini. Di tempat dahulu biasa engkau temui di kala engkau sedang bersusah hati dengan semua beban yang terasa menghimpit rongga dadamu.

"Siapa engkau?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline