Lihat ke Halaman Asli

Cerpen | Lelaki dari Masa Lalu

Diperbarui: 12 Mei 2019   14:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berawal dari Medan, Sumatera Utara, 2 Mei 1998. Para mahasiswa berunjuk rasa. Ada sentimen anti-polisi. Ada kebencian di situ. Berbagai infrastruktur dan fasilitas aparat keamanan dirusak dan dihancurkan. Hingga pada 4 Mei 1998, sekelompok pemuda melakukan aksi pembakaran di beberapa titik di kota Medan. Sungguh anarkis.

Keadaan sesudah itu semakin mencekam. Di Jakarta, aksi demo krisis moneter para mahasiswa menelan empat korban jiwa. Dan siapa sangka, peristiwa tewasnya empat mahasiswa Universitas Trisakti di bulan Mei 1998 itu menjadi pemicu amuk massa yang menuntut pengunduran diri Presiden ke-2 Republik Indonesia, Soeharto. Kamis, 21 Mei 1998, Presiden Soeharto mengundurkan diri. Wakil Presiden, B.J. Habibie, melanjutkan roda pemerintahan menjadi Presiden ke-3 Republik Indonesia dengan membentuk Kabinet Reformasi Pembangunan.

Aku pun teringat, 21 tahun lalu itu, terjadi penurunan nilai tukar rupiah terhadap dolar yang mengakibatkan berbagai perusahaan meminjam dolar dan para pemberi pinjaman menarik kredit secara besar-besaran.

Waktu itu kamu bercerita, bahwa ayahmu saat itu bekerja di salah satu perusahaan swasta itu. Kontrak kerjanya tidak diperpanjang lagi. Perusahaan tempatnya bekerja mengalami masa-masa sulit sehingga pihak perusahaan memutuskan untuk merumahkan hampir semua karyawannya.

Sebagai anak yang paling tua dari empat orang bersaudara, kamu merasa turut bertanggung jawab untuk membantu meringankan beban ekonomi kedua orangtuamu. Saat itu, katamu, mereka  tengah gundah memikirkan  nasib pendidikan adik-adikmu.

Dengan berbekal Ijazah yang baru saja engkau terima,  kamu mendatangi  perusahaan demi perusahaan untuk melamar kerja. Akan tetapi, semua menjawab, "Tidak ada lowongan" Akhirnya, engkau memutuskan untuk ikut dengan temanmu yang saat itu sedang menjadi aktivis dadakan pasca Reformasi.

Di depan sana, saat pertama kali kita berjumpa, saat itu kamu katakan, bahwa kamu baru pertama kali ikut teman-temanmu meramaikan demo bayaran bersama mereka.

"21 tahun bukanlah waktu yang sebentar, tapi kamu masih ingat dengan semua cerita itu."

"Iya, aku ingat semuanya. Aku ingat saat pertama kali bertemu denganmu di ujung jalan itu. Saat itu, di ujung jalan itu, aku menarik tanganmu. Aku membantumu lari dari kejaran aparat yang tengah mengejarmu," kataku sambil menatap lelaki bermata teduh di depanku. Penampilannya jauh berbeda dari yang kukenal pada 21 tahun yang lalu.

"Hmm, kamu masih cantik."

"Tidak persis seperti dulu," kataku berusaha tenang sambil kembali menyeruput kopi yang sejurus terlupakan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline