Bagian Sepuluh
Politik Rasa Tempe
Kembali ke Dunia Politik
Tanpa terasa sudah lumayan jauh kami berjalan meninggalkan wanita tua yang sedang menari sambil terus bernyanyi mengikuti hentakan irama musik di balik dinding tinggi yang tak berujung di Alam Hayalan sana.
Dibelakang sana. Tepatnya dipersimpangan jalan yang tadi kami lalui, tadi mataku sempat melihat papan informasi yang bertuliskan Dunia Politik 5 Km disertai tanda panah yang menunjuk kearah tempat dimana kami berada saat ini.
Wanita cantik berwajah pucat tanpa riasan makeup ini terus mengajakku berjalan menyusuri jalanan dunia politik yang ujungnya entah dimana.
Disalah satu pinggir jalanan kota didalam dunia politik yang saat ini terlihat mendung dan sedikit ber-angin itu. Samar-samar mataku menangkap wajah seseorang yang sepertinya pernah kulihat di media televisi sedang duduk sambil bercengkrama dengan rekan-rekannya disalah satu kedai Kopi yang sepertinya cukup terkenal di kota ini.
“ Bukankah itu calon wakil presiden yang beberapa waktu lalu sempat meminta masyarakat untuk tidak mencemooh atau mem-bully pernyataan-nya mengenai tempe setipis ATM ? “
Tanyaku pada wanita berkulit hitam manis disampingku ini sambil menunjuk seorang lelaki berusia sekitar 49 tahun yang namanya kala itu menjadi perbincangan masyarakat Jakarta ketika ia memilih terjun ke dunia politik dan maju sebagai kandidat wakil gubernur di DKI Jakarta kala itu.
“ Iya..” Jawabnya pelan, sambil melihat kearah orang yang kutunjuk barusan. Lalu sambil terus berjalan dia melanjutkan ucapan-nya.
“ Dia adalah salah satu calon wakil presiden yang beberapa waktu yang lalu menyampaikan soal kondisi nilai tukar rupiah anjlok hingga nyaris menembus Rp 15 ribu per dolar Amerika, tapi yang menjadi sorotan kala itu adalah saat ia menyebut irisan tempe yang ukurannya serupa dengan kartu ATM.