Lihat ke Halaman Asli

Wanita di Penghujung Malam

Diperbarui: 11 Desember 2018   19:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagian Lima

Sebelumnya <<

*

“Kakak akan lakukan apapun untuk kesembuhan kakak.” Kata perempuan berkulit hitam manis ini sambil menatap tajam kedua mataku. “Baik, jika memang itu yang abang inginkan, kakak akan membicarakan dengan suami kakak, dan kakak yakin dia pasti bersedia melakukan-nya demi kesembuhan kakak.” Katanya lagi sambil berusaha menahan tangisnya, lalu beranjak dari sampingku, hendak menuju kekamar tidurnya.

Jika mengikuti nafsu binatang yang ada di dalam diriku saat ini, jujur saja saat ini aku begitu menginginkannya, mana ada kucing yang menolak di kasih ikan asin. Kataku lagi sambil tersenyum dan berusaha mencandainya. Hanya saja aku tau, cara mengobati kakak tidak segampang itu. Kataku lagi sambil menangkap tangannya.

“Itu kan hanya alasan abang saja! sebenarnya abang merasa jijik denganku kan?” Todongnya lagi sambil menatap tajam ke arahku, nada suaranya begitu kecewa terhadapku.

Ku masukan jariku yang tadi sempat di genggamnya kedalam mulutku sendiri, sambil mencium ujung jariku, kutatap kedua bola matanya. Aku menyukai aroma dan rasanya, hanya saja aku tau tidak segampang itu cara mengobati kakak. Kataku masih berusaha meyakinkannya bahwa aku tidak mau melakukannya saat ini karena merasa jijik dengannya.

Wanita berkulit hitam manis itu berhenti, tersenyum lebar menatapku, wajahnya memerah, lalu bergerak cepat menghampiriku, dan langsung memeluk erat tubuhku. Melumat bibirku penuh nafsu, kubalas lumatan bibirnya.

“Jadi abang mau mengobati kakak? ”Tanyanya lagi, masih dengan nafas sedikit memburu, sambil melepaskan lumatannya ke bibirku.

Iya, tapi ada satu syarat yang harus kakak penuhi, dan itu pun harus atas persetujuan dari suami kakak terlebih dahulu, karena itu adalah satu-satu-nya jalan untuk memutuskan ikatan ghaib makluk yang telah di tanamkan oleh dukun itu di kemaluan kakak dulu. Jawabku sambil tersenyum menatap kedua bola matanya.

“Apa syaratnya bang?” Katanya lagi, sambil tersenyum menatapku. Penikahan. Jawabku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline