Lihat ke Halaman Asli

Ngadem di Panas dan Padatnya Cheung Chau

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14010679021306256078

[caption id="attachment_325662" align="alignleft" width="300" caption="Mini Great Wall, salah satu sudut Cheung Chau (dok. pri)"][/caption]

Sabtu adalah satu-satunya kesempatan bagiku untuk melepaskan diri dari kepenatan dan rutinitas. Bukan Minggu. Karena Minggu memiliki urusannya sendiri. Maka setiap Sabtu saya usahakan untuk melangkahkan kaki, senyampang betis masih gagah dan kokoh, menikmati indahnya alam Hong Kong.

Sabtu ini, 24 Mei 2014 saya arahkan langkah menuju Pulau Cheung Chau. Satu dari empat pulau yang menjadi daerah tujuan berwisata di Hong Kong. Yang lain adalah Pulau Lantau dengan Big Budha-nya serta biara para biksu. Juga biara Trappist, yaitu para pertapa Katolik yang hidup terus di dalam biara. Ada juga  pantai Tai Wo dengan air terjunnya, atau sekadar menikmati alam dengan menumpang mobil kabel. Pulau Laama dengan dengan kincir angin, tracking untuk berjalan kaki, pantai dan rumah makannya. Lalu ada lagi pulau Pheng Chau. Pulau ini terkadang hanya menjadi persinggahan kalau kita ingin menuju ke Pulau Lantau, tetapi sejatinya dia memiliki keindahan tersendiri. Ada kuil dan pantai yang sayang kalau dilewatkan. Tetapi tujuan saya hari ini adalah Pulau Cheung Chau, yang terkenal dengan sepeda onthel-nya. Banyak juga yang lain sih, mari ikuti perjalanan saya.

[caption id="attachment_325663" align="alignright" width="300" caption="Star Ferry dermaga 5, pintu masuk ke Cheung Chau dari Central (dok.pri)"]

14010680121650873135

[/caption]

Satu-satunya armada transportasi untuk sampai ke Cheung Chau adalah kapal fery. Maka saya menuju Star Fery di Central. Dermaga yang menuju ke sana ada di dermaga nomor 5. Ternyata ada dua pilihan untuk sampai ke pulau yang terkenal dengan warung-warung seafoodnya ini. Kalau kita naik fery yang di sebelah kanan, kita akan sampai di sana lebih cepat. Karena kapalnya adalah kapal cepat. Sekitar 30 menit. Tentu saja harganya lebih mahal dari yang biasa. Kalau kita naik dari yang sebelah kiri, harganya lebih murah. 19 dollar sekian sen. Sampainya lebih lama karena jarak tempuhnya bisa sampai satu jam. Saya menumpang yang di sebelah kiri saja. Lama sedikit tidak apa-apa, yang penting murah.

Sesampai di daratan saya memutuskan untuk mendaki ke puncak tertinggi yang ada di cheung Chau, North Lookout Pavilion. Dari pintu keluar dermaga sama mengambil langkah ke kiri. Mengikuti jalanan di sana sampai mentok. Karena mentok, mau tidak mau harus berbelok. Maka saya ambil belokan ke kiri. Mengikuti jalan tersebut sampai di pintu gerbang taman Tai Kwai Wan.

[caption id="attachment_325664" align="alignleft" width="300" caption="Gerbang ke Tai Kwai Wan Garden"]

1401068100671025856

[/caption]

Kita bisa berbelok dan masuk ke taman tersebut kalau tujuan kita makan bersama atau piknik. Karena di sana ada beberapa tempat untuk BBQ dan disediakan beberapa kran air untuk mencuci bahan makanan. Taman itu juga bisa dipakai untuk sekadar duduk-duduk melepas penat. Karena saya hanya sendirian dan tidak berniat piknik, maka saya meneruskan langkah menuju ke puncak.

Perjalanan dari pintu dermaga sampai ke puncak membutuhkan waktu sekitar 45 menit. Kalau kita singgah sebentar di pantai di pinggir jalan, atau di kuil, mungkin perjalanan bisa menghabiskan waktu satu jam. Saya tiba di puncak ketika matahari bersinar tepat di atas kepala. Panas sekali! Maka, begitu saya mencapai bangunan di atas sana, segeralah saya lepaskan semua beban. Ransel berisi perbekalan dan lain-lainnya saya lepaskan. Nafas yang berat saya lepaskan. Kecapekan dan kelelehan juga saya lepaskan. Kemudian saya memaku diri pada satu tiang untuk memandang indahnya alam.

[caption id="attachment_325665" align="alignright" width="300" caption="Puncak North Lookout Pavilion (dok.pri)"]

1401068172595539213

[/caption]

Saya tidak memahami di mana barat di mana selatan. Saya hanya bediri untuk membiarkan diri dibelai angin. Di ujung mata nampak Pulau Laama. Hal itu kentara dari tiga tiang pembangkit listrik yang ada di sana, juga kincir angin di kejauhan. Setelah puas memandang Laama di kejauahan, saya alihkan pandangan ke ke perkampungan Cheung Chau. Baru saya sadari pantai Cheung Chau begitu panjang dan perkampungan di balik pantai itu begituuuu puadat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline