Lihat ke Halaman Asli

Keluarga Idaman Ber-boxing Day

Diperbarui: 26 Juni 2015   10:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1293490713543422188

Hari minggu kemarin itu sungguh istimewa. Hmmm, kalimat ini sangat subjektif. Maka kalau kalian tidak setuju juga tidak apa-apa. Memang setiap hari itu istimewa, karena selalu memberi warna yang beda dari yang lain. Setidaknya ada dua hal yang bagi saya membuat hari minggu yang lalu itu spesial. Yaitu perayaan keluarga kudus dan festival boxing day.

Bagi umat Katolik, hari Minggu sesudah perayaan Natal selalu dirayakan pesta Keluarga Kudus. Sementara itu dalam budaya barat, satu hari sesudah Natal dikenal sebagai boxing day. Kebetulan pada tahun ini pesta Keluarga Kudus dan boxing day jatuh pada hari yang sama.

Kesahajaan

Sahabat, masih ingat kisah yang saya ceritakan mengenai Yusuf dan Maryam? Singkat cerita, melahirkanlah si Maryam. Bayi lelaki mungil nan lucu. Alkisah kebahagiaan pasangan yang baru ini tidak bertahan lama. Penyebabnya adalah penyakit gila yang menjangkitisang raja. Karena mendengar akan lahirnya seorang raja, dia menjadi takut. Dengan licik ia meminta agar semua bayi berusia di bawah dua tahun agar dibunuh.

Seperti yang pernah saya catatkan, Yusuf itu seorang yang rendah hati. Hatinya tulus dan bersih sehingga mudah mengenali kehendak Tuhan. Kalau dulu ia menerima wangsit untuk mengambil Maryam sebagai istri, sekarang ia menerima wangsit juga untuk membawa ibu dan anaknya mengungsi.

Raja yang sedang gila ini tidak memandang mangsa. Siapa saja bayi berusia di bawah dua tahun, semua diterkamnya. Rupanya sang raja bukan hanya gila kuasa, tetapi juga gila mangsa. Dengan bayi yang baru lahir saja takut tak terkira. Padahal, kalau bayi itu akan ajdi raja, toh masih menunggu lama. Saat itu, si raja gila pasti sudah lama tiada.

Kembali kepada Yusuf, dia yang lembut hatinya menuruti kata wangsit yang ia dengar dalam mimpi. Ia bawa ibu serta anaknya menyeberangi batas Negara. Dengan keledai tetangga hasil menyewa, ia berhasil selamat dari terkaman si kuasa. Di sana ia mulai menata hidup dan keluarganya. Mestinya cukup lama. Hingga ia dengar kabar si buas telah tiada.

Hidup di perantauan sudah mulai tertata. Namun kampung halaman selalu lebih indah. Maka Yusuf kembali memboyong keluarganya pulang. Perjalanan tidak gampang. Keledai hasil sewaan telah menghasilkan sepasang anak dara yang membantu membawa beberapa bekal tak seberapa. Si bayi kecil sudah mulai berlarian, toh masih tak bisa jauh dari gendongan sang bunda.

Ketika ia kembali memasuki tanah kelahiran, tersiar kabar bahwa anak si raja gila, rupanya tak kalah gilanya. Mungkin lebih buas. Maka dengan segala pelajaran yang telah ia terima, Yusuf tidak membawa ibu dan anaknya kembali ke kampungnya, tetapi pindah ke desa tetangga yang lebih terpencil. Di sana ia memulai lagi hidupnya, dari mula. Dulu ia memiliki usaha mebel, sekarang ia memulainya lagi seraya mendidik anak yang dipercayakan kepadanya.

Yusuf pria sederhana namun luar biasa ini sungguh pria istimewa. Dia membawa keluarganya terhindar dari rongrongan si jahat karena setia mendengarkan yang ilahi. Hati Yusuf yang sederhana memudahkan suara ilahi singgah di sana. Kesederhanaan dan kepercayaannya kepada Tuhan membuat kekuatan jahat tidak mampu menerjang.

Yusuf pria bersahaja ini berhasil membawa ibu dan anaknya terhindar dari malapetaka. Ia adalah lambang dari segala yang baik. Sementara raja buas dan anaknya adalah tanda dari segala yang jahat. Yang baik harus mendengarkan yang ilahi. Sedangkan yang jahat tiada henti menanti saat yang tepat menikam mati yang tulus hati. Mungkin, wujud si raja gila dan anaknya saat ini tetap ada, dalam bentuk yang beraneka rupa. Hanya hati murni seperti Yusf akan mampu membaca kedatangannya, dan menyiapkan diri untuk menghindarinya.

Boxing day

Kisah ini jauh dari masa Yusuf dan Maryam. Boxing day adalah ungkapan untuk menyebut satu hari sesudah Natal. Rupanya tradisi ini hanya muncul di negara-negara yang memiliki keterkaitan kuat dengan Inggris. Pada mulanya perayaan boxing day memiliki makna religious, namun kemudian berubah makna. Seperti yang terjadi di Australia, boxing day berarti hari libur nasional untuk berbelanja. Maaf, mungkin ungkapan saya terlalu kasar, tetapi itulah yang mengemuka.

Dalam dua catatan sebelumnya, saya kisahkan bahwa bagi banyak orang asing Natal di Melbourne itu membosankan. Karena pada hari itu hampir semua toko dan mall tutup dan kebanyakan orang berada di rumah. Keadaan itu berubah 180 derajat keesokan harinya.

Selalu ada kisah yang bagi saya tidak masuk akal. Misalnya, puluhan atau bahkan ratusan orang menginap di pelataran mall untuk menunggu toko tersebut buka. Mereka ingin menjadi orang pertama yang memasuki mall dan mendapatkan potongan harga besar. Sebaliknya juga toko-toko, semisal Myers, David Jones, dan beberapa toko besar, biasanya mereka mulai buka dari dari jam 10 atau 11, tetapi hari itu mereka telah siap menyajikan jualannya dari jam 5 pagi.

Iming-iming potongan harga besar-besaran rupanya cukup efektif. Sejauh pengamatan saya, hampir semua orang melenggang dengan tentengan besar di tangan. Saya bayangkan, berapa ratus juta dolar uang yang berputar sehari itu. Semua untuk satu kesenangan, “mumpung potongan harga.” Meskipun yang dibeli belum tentu dia butuhkan. Namun iming-iming potongan harga kerap membuat kebutuhan seolah-olah ada.

Pergulatan

Sahabat, ada pergulatan dalam hati. Antara keinginan untuk mendengarkan suara ilahi dengan menyimak dengan teliti berbagai iklan yang masuk ke dalam diri. Yusuf dengan kesahajaannya sungguh mampu mendengarkan kehendak yang ilahi karena hatinya masih murni. Belum banyak ‘sampah’ yang melekat di sana. Berbagai tawaran iklan dari berbagai segi belum ia terima. Masih mudah untuk mempertahankan kemurnian hati demi menjaga diri dari serangan si jahat.

Si jahat itu bisa muncul dalam banyak bentuk. Yusuf mengalami bahwa si jahat itu muncul dalam diri si raja gila dan anaknya. Di dalam setiap jaman, si jahat menampakkan diri dalam aneka bentuk dan rupa. Salah satunya adalah godaan untuk selalu berbelanja. Orang menyebutnya konsumerisme. Terkadang banyak orang melalaikan apa yang penting dalam keluarga demi berbelanja. Atau menjadikan acara berbelanja menjadi sesuatu yang terpenting dalam hidup.

Tentu saja masih ada banyak bentuk dan rupa manifetasi si jahat itu. Apapun itu, tidak perlu menakutkan lagi jikalu kita memiliki satu penangkalnya. Yang dibutuhkan sebenarnya hanya satu. Kesahajaan hati. Karena dengannya kita mampu memahami kehendak yang ilahi. Ia akan membantu kita menunjukkan jalan yang benar dan terhindar dari terkaman si jahat.

Inilah pergulatan dalam hati keluarga idaman yang ber-boxing day. Mempertahankannya tetap murni. Agar si jahat tidak bisa menginvansi. Semoga kita hari ini berhasil menjalani. Mendengarkan kehendak yang ilahi. Agar selamat seluruh diri. Sekarang juga nanti. Berikut saya bagikan satu gambar ramai orang mengantri.

Salam,

Melbourne, 28/12/2010

[caption id="attachment_80445" align="aligncenter" width="546" caption="suasana di sekitar pertokoan Myer Melbourne 26 des 2010 (dok.pri)"][/caption]

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline