Lihat ke Halaman Asli

Melawan kekerasan dengan Makan!!

Diperbarui: 26 Juni 2015   17:45

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_81156" align="alignleft" width="300" caption="para siswa dari SMA di Melbourne makan di Little India restaurant di South Yarra, ini bagian dari aksi melawan kekerasan dengan makan (foto oleh Justin McManus, www.theage.com.au)"][/caption]

Kawan, beberapa waktu ini Australia, terutama melbourne diguncang issyu rasisme. Pemicunya adalah terbunuhnya beberapa mahasiswa India. Peristiwa itu membesar karena 'digoreng' oleh media. Terutama media di India. Bahkan aksi blow up media itu mengahsilkan demonstrasi besar-besaran anti australia di India.

Situasi tersebut sangatlah tidak nyaman. Apalagi australia adalah negara 'pendatang'. Artinya, warga Australia adalah campuran dari berbagai bangsa yang bermigrasi ke sini. Ada yang sudah ratusan tahun, dan ada yang abru puluhan tahun. Mereka membaur menjadi satu dan saling memengaruhi.

Pengaruh itu bisa sangat terasa pada rasa makanan dan bentuk mode. Makanan kari khas india, mesti disesuaikan dengan lidah masyarakat setempat. Atau rendang padang, mesti juga disesuaikan dengan selera masyarakat. Ada sebagian orang yang begitu fanatik dengan budayanya, namun banyak yang sangat senang 'bersenggolan' dengan budaya lain.

Hal ini sangat terasa di rumah makan. Saat ada kesempatan makan di luar, artinya beli di warung, saya mencoba menjelajah aneka warung yang menyajikan menu-menu baru, yang belum pernah mampir di lidah saya. Misalnya ketika saya mempir di warung vietnam, yang sedang makan di sana sangat beragam. Bukan hanya orang vietnam, banyak juga orang keturunan eropa atau afrika mengisi perut di sana. Juga di warung yang lain demikian pula.

Nah, menyadari bahwa makanan adalah salah satu bahasa universal untuk perdamaian, Mia Northrop, seorang web design terkenal di Melbourne menggagas acara makan bareng India. ia mengundang banyak temannya untuk makan di restoran -restoran India. niatan Mia ini bersambut baik. Bahkan petinggi kota Melbourne juga mendukung acara tersebut. Ia meminta agar menu makan di parlemen diubah menjadi menu India.

Jadilah kemarin ahri menu india di Melbourne. Rasanya kurang lengkap makan akri tanpa suguhan tari dan film ala Bolliwod.  Maka Jessi Singh pemilik restoran Mill, menggelar acara nonton abreng sesudah makan bareng. hmmm pasti penuh dengan goyangan.

Singh menegaskan bahwa ia tidak percaya orang-orang Australia rasis. Ia telah lama tinggal di sini dan ia nyaman. Bahkan ia menjelaskan situasi di kampung halamannay dulu lebih rasis. Medialah yang kerap membesar-besarkan peristiwa, hingga sesuatu yang kecil seolah-olah peristiwa yang sangat besar.

Yahhh, kalau semua kenyang memang tidak akan ada yang berantem. Masalahnya kalau lapar, mereka suka berantem. tapi pesan yang hendak disampaikan sangat baik, menghargai budaya orang lain. hmmm patut dicontoh, agar budaya kita dihormati, mari menghormati budaya orang lain. Tentu setelah kita menghargai budaya kita sendiri.

salam, melbourne, 25-02-10 sumber, www.theage.com.au

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline