Lihat ke Halaman Asli

Merawat Kehidupan: Belajar dari BENCANA

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_69651" align="alignleft" width="300" caption="Area bekas kebakaran di Kinglake sewaktu malam, setelah satu tahun. (foto:Simon O'Dwyer, www.theage.com.au)"][/caption] Peribahasa keledai tidak akan terjerumus dalam lubang yang sama dua kali semoga menjadi pembelajaran agar manusia tidak jatuh dalam kubang bencana, bukan hanya dua kali, tetapi berkali-kali. Mari berkaca pada bencana kebakaran hutan dan juga perumahan di Australia setahun yang lalu. [caption id="attachment_69635" align="aligncenter" width="500" caption="Tiga rangkaian gambar Kinglake National Park, sebelum kebakaran hingga setahun sesudah kebakaran. (foto, www.parkweb.vic.gov.au)"][/caption] Kinglake Nasional Park, salah satu hutan yang masih tersisa di negara bagian Victoria-Australia, setahun yang lalu habis dilalap si jago merah. Kejadian tersebut, yang kemudian dikenang sebagai BLACK SATURDAY, telah sungguh mengubah cara pandang masyarakat akan bencana dan memeprtahankan sarana pendukung kehidupan. [caption id="attachment_69639" align="alignleft" width="300" caption="Sehari sesudah kebakaran melanda Marysville (Foto: Keith Pakenham, www.theage.com.au)"][/caption] Jangan terjadi lagi, cukuplah itu sekali. Tidak ada yang tersisa, rumah tempat berteduh, hutan sumber kehidupan, rumah bagi para satwa, semua hangus. Yang ikut terbakar juga banyak kenangan indah, dan rentetan masa lalu yang hidup di dalamnya. Mungkin rumah masih bisa didirikan, hutan setelah bertahun-tahun akan tumbuh kembali, tetapi satu noda dalam hati akan terukir selamanya. Bahkan kehidupan telah diubah selamanya. [caption id="attachment_69640" align="alignright" width="300" caption="(foto : Getty Images, www.theage.com.au)"][/caption] Pukulan besar dalam setiap bencana selalu menimpa anak-anak. Mereka bukan saja kehilangan tempat bermain, namun hati mereka telah digores oleh luka yang mendalam. Kepanikan, ketakutan, dan melihat semua yang disayangi pergi, akan ia kenang sepanjang usianya. Jiwa bersih polos itu yang mesti dipulihkan, trauma itu yang mesti segera disembuhkan. Bencana itu harus diubah menjadi pemacu jiwa. [caption id="attachment_69643" align="alignleft" width="300" caption="(Foto: Simon O'Dwyer, www.theage.com.au)"][/caption] Ternyata juga bukan hanya anak-anak yang tergores luka yang dalam. Tidak sedikit orangtua yang kehilangan pasangan, kehilangan buah hati, dan yang pasti banyak yang kehilangan keceriaan lagi, bahkan kehilangan kesadaran mental. Denis Spooner telah kehilangan istri dan anaknya dalam bencana tersebut. Sekarang dia berusaha bangkit dari keterpurukan dengan pasangan baru dalam hidupnya. Ia memulai fase baru dalam hidupnya. [caption id="attachment_69646" align="alignright" width="300" caption="Sebuah sinar tanda harapan. (foto: Simon O'Dwyer, www.theage.com.au)"][/caption] [caption id="attachment_69648" align="alignleft" width="300" caption="Anak-anak mulai sekolah lagi di Kinglake. (foto:Simon O'Dwyer, www.theage.com.au)"][/caption] Harapan itu selalu ada, jika ada kemauan. Tandanya bisa kita lihat dan yang pasti harus kita upayakan. Senyampang ada kesempatan jangan lelah memperbaiki kehidupan. Hidup harus terus berjalan. Satu bencana tidak cukup untuk menghentikan langkah kehidupan. Belajar dari satu bencana untuk merawat kehidupan, jangan terulang kembali. Ada banyak yang hilang bukan alasan untuk tidak bangkit, meski rasa sakit masih menggumpal bak radang. Anak-anak Sekolah Dasar di Kinglake ini memulai lagi sekolah mereka. Meretas lagi asa kehidupan yang sempat dikoyak bencana. Mereka telah mengalami pahit dan perihnya bencana, kiranya tidak ada yang akan menambah beban lukanya. [caption id="attachment_69652" align="alignright" width="300" caption="Ebony Fennel, di rumah barunya yang mulai dibangun. (foto:Simon O'Dwyer, www.theage.com.au)"][/caption] Jangan ada lagi bencana. Cukuplah itu sekali saja, itu pun rasanya sudah terlalu berat. Jangan ada lagi yang terluka karena bencana. Dan yang penting lagi, jangan membuat bencana, jangan menciptakan bencana bagi orang lain. Hentikan pengrusakan hutan. Hentikan pengrusakan sungai. Hentikan merusak sumber kehidupan. Ada banyak jiwa yang akan terluka jika perusakan itu terus dilanjutkan. Dan yang pasti, masa depan kehidupan anak cucu kita sungguh akan terancam. Hentikan segala kerakusan. Bencana itu telah mengubah banyak kehidupan. Jangan dibuat menjadi lebih buruk lagi. Sekarang adalah saat untuk mulai merawat kehidupan. Salam Melbourne, 07-02-10 sumber: www.theage.com.au www.parkweb.vic.gov.au




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline