Lihat ke Halaman Asli

Burung dan Hidup

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Senin kemarin saya diajak sebuah keluarga jalan-jalan melihat burung. Saya kira ya melihat saja. Ternyata tidak. Sampai di tempat burung-burung itu suasana masih sepi, belum banyak orang berkunjung. Kami segera turun dari mobil dan mendekat beberapa burung yang ada. Tentu saja kami datang dengan segenggam makanan. Rupanya mereka sudah tahu jika kami datang membawa rejeki. Mereka segera berkerumun, bahkan tidak sedikit yang nangkring di tangan, pundak, dan kepala. Senang sekali bisa bercengkerama dengan burung-burung itu. Melihat burung-burung itu begitu dekat dengan manusia, seorang akwan berkomentar, "Hal seperti ini kagak ada di Indonesia! Burung-burung di sini begitu dilindungi sehingga mereka tidak takut berdekatan dengan manusia." Kami diam saja. Tiba-tiba ada yang bersuara. "Kok mikirin ngurus burung. Ngurus diri sendiri saja kerepotan." "Lho repot kenapa?" tanya yang lain. "Ya repotlah. Repot kalau ketahun ngemplang pajak sampai bejibun. Repot kalau korupsi ketahuan, repot kalau citra diri mulai pudar, repot kalau.... pokoknya banyak deh yang direpotin sampai ga sempat ngrepotin burung." "Lho ngrepotin burung khan ga sulit?" kejar yang lain. "Emang sih ga sulit. Tapi siapa sih yang mau peduli. Wong hutan dibabat habis saja juga ga peduli. Hmmm jangankan burung, jangankan hutan, lho hak hidup orang dilanggar saja banyak yang nggak peduli." Hmmm enaknya burung-burung itu, hak hidupnya benar-benar dihargai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline