"Macet lagi, macet lagi... ada apa lagi sih ini?" itulah keluhan dari masyarakat pengguna jalan ketika melewati setiap kantor Pos. Ternyata sedang pembagian dana bantuan untuk masyarakat miskin. "Loh itu kan tetangga saya kok dapat ya, padahal kalo melihat kondisi keluarganya dia gak miskin, kok dapat ya?" Ya, siapa sih yang tidak mau dikasih duit cuma-cuma?". Masalahnya mau tidak mengaku orang miskin dan dicap orang miskin?. Kadang miris melihat kondisi seperti ini, dan ini terjadi hampir dimana-mana sejak ada bantuan dari pemerintah. Sepertinya pemerintah tidak pernah belajar dari pengalaman, betapa pemerintah telah "memiskinkan" masyarakatnya melalui bantuan-bantuan tersebut yang katanya "pro rakyat". Padahal program-program seperti ini dari dulu telah banyak menimbulkan efek yang tidak baik, diantaranya :
1. Sosial
Menimbulkan kecemburuan sosial dimana-mana, karena mungkin pendataannya kurang akurat atau tidak up to date, sehingga tidak sedikit yang tidak tepat sasaran, malah yang sudah meninggal masih tercantum namanya?. Bagi masyarakat yang benar-benar membutuhkan malah tidak dapat. Akhirnya yang terjadi adalah kesejanjangan diantara warga, bahkan ada yang harus bertengkar sesama warga. Siapa yang salah??
2. Mental
Dengan adanya bantuan-bantuan tersebut, jelas yang miskin semakin lemah, tidak memiliki rasa juang dalam bekerja, kreatifitas usaha hilang dan menimbulkan sifat malas. Diakui atau tidak pemerintah telah menciptakan masyarakat menjadi "pengemis" karena selalu mengandalkan bantuan dan bantuan.
3. Miskin Konsumtif
Fenomena masyarakat kita, kebanyakan apabila mendapatkan bantuan maka dana tersebut pasti cepat habis karena tidak digunakan seefisien mungkin, sehingga berapapun besarnya bantuan yang diterima tetap saja tidak akan cukup untuk memenuhi kebutuhannya. Toh nanti juga dapat lagi, pikirnya. Pertanyaannya sampai kapan pemerintah sanggup menyediakan anggaran untuk bantuan tersebut, padahal mungkin yang miskin bertambah banyak. Apalagi jika harga-harga sembako khususnya tidak stabil, maka pasti akan bertambah masyarakat "miskin baru" yang membutuhkan bantuan.
4. Wibawa
Tujuan pemerintah mungkin dengan pemberian bantuan-bantuan seperti itu sebagai wujud "kepedulian" kepada masyarakat miskin. Walaupun mungkin saja untuk menunjukkan "pamor" atau "Tebar Citra" untuk mencari "kesan baik" dari masyarakat sehingga dapat memperkuat "statusnya" baik sebagai pribadi pejabat ataupun institusinya. Padahal secara tidak langsung pemerintah telah bangga menunjukkan kepada dunia bahwa masyarakat Indonesia mayoritas miskin.
Dari fenomena di atas, seharusnya para pejabat (pemerintah) harus dapat menilai tentang "maslahat dan mudhoratnya" dari bantuan-bantuan seperti itu. Oleh karena itu perlu dikaji ulang mengenai program bantuan langsung kepada masyarakat, sehingga bisa memberikan program yang lebih bermanfaat, misalnya usaha padat karya, Bantuan dana stimulus usaha dan beserta pendampingannya, program dana bergulir atau lebih kerennya diperbanyak lapangan kerja yang dapat menampung masyarakat untuk bekerja. sehingga memberikan motivasi kepada masyarakat untuk terbiasa bekerja keras, memiliki mental wirausaha, menciptakan mental-mental yang sadar bahwa "tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah".
Bagi para pemangku jabatan semoga menyadari bahwa jabatan yang sekarang diembannya adalah amanah dan waktunya terbatas, sehingga dapat menggunakan kekuasaannya untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat tetapi tidak dengan program-program bantuan-bantuan seperti itu. Jangan sampai ketika berakhirnya masa jabatannya telah menciptakan masyarakat "pengemis" yang selalu mengharapkan bantuan. Berbanggalah para pejabat/pemerintah ketika berakhirnya mereka dari jabatannya mampu menciptakan masyarakat yang mandiri dan mampu meningkatkan tarap kehidupannya.