"Selama ini NU distigmatisasi sebagai organisasi yang hanya bisa berkumpul , tetapi tidak bisa berbaris" (Kompas, 22 Desember 2021).
Pada tahun 2026 yang akan datang organisasi kemasyarakatan NU akan memasuki usia satu abad. NU dikenal sebagai organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan dunia. Menurut riset lama yang dirilis oleh lembaga survei Lingkaran Survei Indonesia(LSI), Denny JA, pada tanggal 18-25 Februari 2019 bahwa NU merupakan ormas terbesar di Indonesia, bahkan di dunia.
Hasil survei tersebut menetapakan ormas Islam NU berada pada posisi teratas dengan jumlah 49,5% dari 250 juta penduduk Indonesia, atau setara dengan angka 108 juta nahdliyin/NU, sementara itu ormas Muhammadiyah berjumlah 4,3%, gabungan ormas Islam lain ada 1,3%, Persatuan Alumni 212 (PA 212) berjumlah 0,7% dan Front Pembela Islam (FPI) hanya berkisar 0,4 persen. Namun ada data sekitar 35% orang yang mengaku merasa tidak menjadi bagian dari ormas-ormas agama yang ada tersebut. Angka 108 juta orang kaum nahdliyin diperoleh dari perhitungan sebagai berikut, jika penduduk Indonesia berjumlah 250 juta, dan yang beragama islam adalah 87% maka NU dengan prosentase 49,5% berjumlah 108 juta orang. Pelan tapi pasti, NU yang sebentar lagi memasuki usia satu abad, mustahlil hanya akan menghijaukan Indonesia saja, namun juga akan menghijaukan dunia, pada waktunya akan NU juga.
Memasuki satu abad atau fase keduanya NU tentu memiliki banyak sekali tantangan baik yang bersifat internal maupun eksternal. Lika-liku perjuangan NU sudah sangat matang dan teruji dalam menghadapi setiap tantangan. Organisasi NU diharapkan tidak hanya berperan pada tingkat nasional saja namun dapat ambil bagian pada tingkat global atau dunia.
Peran tersebut sudah dibuktikan NU dengan mengambil peran sebagai inisiator sekaligus ketua pelaksana terselenggaranya konferensi Religions Forum (R20) di Bali beberapa hari lalu. Dari Bali Indonesia NU menyuarakan dan menggelorakan kepada dunia untuk mengakhiri potensi antagonisme dan konflik di antara agama-agama. Ini adalah peran penting NU dalam kancah internasional dengan misi bahwa agama dapat dijadikan bagian dari salah satu solusi penyelesaian problem global.
Tantangan organisasi
Dalam kaitan ini, untuk menyiapkan berbagai strategi dan langkah taktis program-program NU di masyarakat dibutuhkan penguatan kepengurusan NU yang cakap dan mampu menggerakan roda organisasi secara sinergis antara jam'iyah dengan jamaah di berbagai level kepengurusan dari pusat hingga anak ranting. Sebab selama ini NU distigmatisasi sebagai organisasi yang hanya bisa berkumpul tetapi tidak mampu berbaris. Oleh karena itu tata kelola organisasi NU yang bisa mensinergiskan antara jam'iyah dan jamaah ini menjadi pekerjaan yang perlu digarap secara serius oleh pimpinan NU di semua level. Konsolidasi pergerakan ini amatlah penting dilakukan agar keberadaan NU bisa menjadi organisasi yang dikelola secara sistematik sehingga masing-masing pengurus maupun jamaahnya saling bersenyawa untuk berkidmah dan membesarkan NU.
"Badan NU itu ibarat gajah yang gemuk di tarian Samba. Harapan kita seperti kuda yang cerdas, kuat, lincah laju jalannya. Di sinilah perlunya organisasi dengan struktur sederhana, namun kaya fungsi dan program," ujar Dr Hanif Saha Ghafur Ketua Program Doktor Kajian Stratejik dan Global, Universitas Indonesia (UI) sekaligus Ketua PBNU bidang Pendidikan (Kompas, 31/01/2021).
Kemampuan sumber daya manusia menjadi kunci penting dan vital dalam organisasi apapun. Proses rekrutmen yang kurang tepat akan berakibat tidak baik untuk kelangsungan dan harmonisasi keorganisasian. Untuk itu tindakan yang harus diperhatikan adalah melakukan "assessment", dengan cara melakukan wawancara dan penilaian. Hasil dari asssesment dapat dijadikan sebagai data untuk mengetahui kemampuan dan kompetensi seseorang. Data inilah yang akan dipergunakan dasar penentuan posisi seseorang dalam jajaran pengurus dan penugasanya. Penempatan personal dalam kepengurusan harus memperhatikan aspek kapasitas, kapabilitas, dan profesionalitas bukan karena faktor hubungan kedekatan atau hubungan personal apalagi penunjukan. NU harus sudah bisa berbaris rapi bukan hanya berkumpul, kerjasama yang solid antara jajaran Syuriah dengan Tanfidziyah menjadi syarat mutlak agar NU bisa berbaris rapi bersinergis dengan jamahnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H