Sidang Skripsi dan Pencapaian: Perlukah dirayakan?
Kami sekeluarga memang tidak menghadiri perayaan kelulusan sidang skripsi nya. Hanya video call keluarga saja untuk mengucapkan selamat dan rasa syukur atas kelancaran sidangnya.
Kakak saya, baru saja lulus sidang skripsinya di sebuah Institut di Kota Bandung.Saya melihat saja di story IG_nya , beberapa foto - foto cantik dengan bunga - bunga indah, memakai busana hitam putih dengan selendang bertuliskan nama dan akhiran S.T dibelakang namanya.
Keren dan bangga.
Kakak bahagia.
Banyak ucapan selamat, komentar positif, doa dan harapan ke depannya dari keluarga dan teman temannya.
Memang sidang skripsi ini bukanlah fase akhir dari perjuangannya.
Setelah wisuda nanti, masih harus berjuang memperebutkan industri lapangan kerja.
Namun keluarga kami berprinsip sekecil apapun pencapaian wajib kita syukuri.
" Saat kamu bisa naik sepeda roda dua, saat kamu mampu menulis dan membaca, mampu berhitung bahkan saat kamu berani naik turun perosotan pun, ibu sangat bahagia dan bersyukur ", kata Ibu dengan semangat .
Saya melihat akun Instagram . Banyak foto - foto yang dishare di IG story, kakak terlibat bahagia.
Apalagi sebelum sidang pun kakak saya sudah latihan sendiri di kamar kost_annya.
Berandai - andai, jikalau dosen pembimbing bertanya A maka dia jawab bla....bla...bla.....
Jikalau dosen bertanya B, dia jawab bla ...bla....,bla...
Karena tentunya kakak ingin hasil sidang skripsi nya lulus dengan nilai A .
Memang saya melihat kerasnya perjuangan kakak.
Dari awal fase bisa diterima kuliah hingga fase mengikuti ujian setiap semesternya, hingga fase terakhir di perkuliahannya yaitu sidang skripsi. Belajar hingga malam bahkan mengurangi jam tidur. Tujuannya agar lulus ujian semester dengan nilai yang baik. Lulus kuliah tepat waktu karena biaya kuliah saat ini mahal ditambah biaya kost dan biaya kebutuhan sehari - harinya.
Kami tinggal berbeda kota, sehingga kakak saya kost di sekitar kampusnya.
Dia harus mandiri. Mengurus segala keperluannya sendiri.
Empat tahun perkuliahannya, kami hanya satu kali berkunjung ke kost-an nya.
Untunglah selain kegiatan perkuliahan, dia juga aktif di organisasi dan menjadi volunteer di beberapa yayasan, sehingga rasa sepi dan rindu keluarga terobati dengan kegiatan positifnya.
Ada satu program mulia kakak saya yakni mengajar secara daring pelajar - pelajar SMA di daerah bagian timur dan daerah terpencil.
Di mana pelajar pelajar tersebut ingin melanjutkan kuliahnya ke Perguruan Tinggi.
Meraka umumnya berasal dari keluarga sederhana tetapi memiliki keinginan kuat untuk terus kuliah dan meningkatkan taraf hidupnya.