Lihat ke Halaman Asli

Wardinusantara

Pewarta/Praktisi/Pranata Kehumasan

Pilgub NTB, Zul Rohmi Kuat, Waspadai Lawan Tanding

Diperbarui: 20 Maret 2024   12:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gubernur NTB periode 2018-2023 Zulkieflimansyah. (Foto: Kominfotik NTB)

Mataram-Pemilihan Gubernur Wakil Gubernur NTB yang dilakukan serentak dengan Pilkada Kabupaten Kota, khususnya Pilgub NTB telah digaungkan munculnya petarung-petarung baru yang akan menguji kekutan calon Gubenur Wakil Gubernur dari unsur petahana Zulkieflimansyah Hj Siti Rohmi Djalilah. Meski petahana dinilai paling siap dan masih memiliki kekuatan dalam Pilgub NTB November mendatang, bukan berarti pasangan ini tak memiliki tantangan dan medan yang tak sedikit.

Adanya perubahan sentimen politik dapat menjadi faktor yang signifikan dalam menentukan hasil pemilihan Pilkada, dan petahana perlu memperhatikan perubahan tersebut dengan cermat.

Sentimen politik dapat berubah secara signifikan seiring waktu, terutama dalam menanggapi peristiwa-peristiwa politik, sosial, atau ekonomi yang penting. Di sini, petahana dituntut harus memperhatikan pergeseran opini publik terkait dengan kinerja pemerintahan mereka.

Selain itu, biasanya akan muncul pula isu-isu baru yang mendapat perhatian publik atau meningkatnya kesadaran akan isu-isu tertentu dapat mengubah dinamika politik secara signifikan. Petahana harus siap menanggapi isu-isu baru ini dengan cepat dan efektif, baik dengan menyampaikan solusi konkret atau dengan mengadaptasi platform media kampanye mereka untuk mencakup isu-isu yang baru muncul.

Dalam analisa politik Direktur Lembaga Kebijakan Publik Sosial Politik NTB, Bambang Mei Finarwanto menyebut, di NTB saat ini sedang terjadi perubahan demografi pemilih. Perubahan tersebut ada dalam komposisi usia, pendidikan, atau latar belakang ekonomi. Dan biasanya kata Didu, hal ini dapat mempengaruhi preferensi pemilih dan dinamika politik.

Petahana perlu memahami perubahan demografi ini dan memperhitungkannya dalam strategi kampanye mereka jika ingin menang kembali.

Benar, itu bisa dibaca, bahwa contoh paling mutakhir untuk menggambarkan perubahan demografi pemilih ini melalui ajang pesta demokrasi tahun 2024 yang belum lama lewat. Di NTB misalnya, banyak kandidat yang di atas kertas harusnya akan melenggang kembali dengan mulus, namun nyatanya tidak demikian. Yang terjadi, justru banyak yang bertumbangan dan tergantikan oleh pendatang baru.

Pengaruh endorsement politik atau dukungan dari tokoh politik atau figur masyarakat terkemuka, juga layak mendapat perhatian. Ini terutama kata Didu, lantaran terjadinya perubahan kepemimpinan di tingkat nasional.

Endorsment itu dapat memengaruhi opini publik dan mobilitas politik. Petahana perlu memperhatikan pergeseran dalam dukungan politik dan meresponsnya dengan strategi yang sesuai.

Di luar itu, para pesaing tentu akan berusaha mengeksploitasi kelemahan petahana sebagai salah satu upaya menarik simpati pemilih. Kegagalan dalam memberikan pelayanan publik yang memadai, menangani isu-isu sosial, ekonomi, atau lingkungan, atau skandal korupsi akan banyak dibuka sebagai upaya merusak citra petahana dan menurunkan tingkat kepercayaan masyarakat terhadap mereka. Dalam pengalaman, kinerja pemerintahan yang buruk bisa menjadi alasan utama untuk pemilih mencari opsi lain.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline