Lihat ke Halaman Asli

Sahro Wardil Lathif

Berisi tulisan tulisan kegelisahan batin, dan pergolakan pemikiran serta action yang bisa ku lakukan

Terbelenggu Hafalan: Mengapa Pemikiran Kritis Kita Terkekang?

Diperbarui: 29 Juli 2024   05:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: tribunnews.com

Pernahkah kita menyadari, mengapa banyak di antara kita merasa kesulitan untuk berpikir out of the box? Mengapa inovasi dan kreativitas seakan menjadi barang langka di negeri ini? Jawabannya mungkin lebih dekat dari yang kita kira. 

Sistem pendidikan kita, yang seharusnya menjadi tempat menumbuhkan bibit-bibit unggul, justru sering kali menjadi penghalang bagi tumbuh kembangnya pemikiran kritis.

Salah satu masalah utama dalam sistem pendidikan kita adalah terlalu besarnya penekanan pada hafalan. Siswa dituntut untuk menghafal rumus, teori, dan fakta tanpa benar-benar memahami konsep di baliknya. Akibatnya, siswa lebih terbiasa menerima informasi secara pasif daripada aktif mencari tahu dan menganalisis.

Dalam hal ini, guru memiliki peran yang sangat penting dalam membentuk karakter dan cara berpikir siswa. Namun, banyak guru yang masih menempatkan diri sebagai sumber informasi tunggal yang tidak bisa dibantah. Hal ini membuat siswa enggan untuk bertanya atau menyampaikan pendapat yang berbeda. Akibatnya, ruang untuk berpikir kritis menjadi semakin sempit.

Sejak dini, kita sering diajarkan untuk menghormati guru dan orang yang lebih tua. Hal ini pada dasarnya adalah nilai yang baik. Namun, jika berlebihan, hal ini dapat menimbulkan rasa inferioritas pada siswa. Mereka menjadi takut untuk bertanya atau menyampaikan pendapat yang berbeda karena takut dianggap kurang sopan atau tidak menghormati.

Pemikiran kritis adalah kemampuan untuk menganalisis informasi, mengevaluasi argumen, dan mengambil keputusan secara rasional. 

Keterampilan ini sangat penting dalam menghadapi tantangan di era globalisasi yang semakin kompleks. Dengan berpikir kritis, kita dapat memecahkan masalah, mengembangkan inovasi, dan menjadi warga negara yang aktif dan bertanggung jawab.

Untuk mengatasi masalah ini, kita perlu melakukan beberapa perubahan fundamental dalam sistem pendidikan kita:

 Pertama, kurikulum harus dirancang untuk mendorong siswa berpikir kritis dan kreatif. Materi pelajaran harus lebih relevan dengan kehidupan sehari-hari dan mendorong siswa untuk mencari solusi atas masalah yang ada.

Kedua, guru perlu diberikan pelatihan yang memadai untuk mengembangkan kemampuan mereka dalam memfasilitasi pembelajaran aktif.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline