Dunia sastra Indonesia berduka atas kepergian salah satu penyair terkemuka, Joko Pinurbo, pada tanggal 27 April 2024. Sosok yang dikenal dengan sajak-sajaknya yang jenaka, filosofis, dan sarat makna ini telah meninggalkan jejak yang tak terhapuskan dalam khazanah sastra bangsa.
Lahir di Surakarta pada tahun 1956, Joko Pinurbo memulai karirnya sebagai penyair di era 80-an. Karyanya yang penuh dengan permainan kata dan makna ganda quickly menarik perhatian publik dan melambungkan namanya sebagai salah satu penyair ternama di Indonesia.
Sepanjang hidupnya, Joko Pinurbo telah menghasilkan berbagai karya puisi yang telah diterjemahkan ke berbagai bahasa dan dimuat di berbagai media massa, baik nasional maupun internasional.
Puisi-puisi Joko Pinurbo tidak hanya menghibur, tetapi juga mampu membangkitkan refleksi dan pemikiran kritis para pembacanya. Ia sering mengangkat tema-tema keseharian, seperti cinta, kematian, dan makna hidup, dengan cara yang unik dan penuh makna.
Kepergian Joko Pinurbo merupakan kehilangan besar bagi dunia sastra Indonesia. Namun, karyanya yang abadi akan terus menginspirasi dan mengantarkan para pecinta sastra untuk menjelajahi keindahan dan kedalaman bahasa.
Joko Pinurbo telah meninggalkan warisan yang tak ternilai bagi dunia sastra Indonesia. Karyanya yang abadi akan terus menginspirasi dan mencerahkan generasi penerus bangsa.
Joko Pinurbo dikenal dengan gaya penulisannya yang unik dan jenaka. Ia sering menggunakan permainan kata, metafora, dan ironi untuk menyampaikan maknanya. Puisi-puisinya sering kali singkat dan padat, namun sarat makna dan dapat diinterpretasikan dengan berbagai cara.
Saya mengaguminya marena ciri khas gaya penulisannya, diantaranya:
Permainan kata: Joko Pinurbo sering menggunakan permainan kata, seperti homonim, polisem, dan paronomasia, untuk menciptakan efek humor dan makna ganda.
Metafora: Ia sering menggunakan metafora untuk membandingkan dua hal yang berbeda, sehingga memberikan gambaran yang lebih jelas dan menarik.