Lihat ke Halaman Asli

Sahro Wardil Lathif

Berisi tulisan tulisan kegelisahan batin, dan pergolakan pemikiran serta action yang bisa ku lakukan

Hilangnya Cita-cita Budi

Diperbarui: 5 Juli 2023   06:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber gambar: i.pinimg.com

Sore itu ada dialog yang sedang berlangsung antar cucu dan nenek di dapur sederhana mereka.

Budi memegang buku bekas yang baru saja ia dapatkan dari pasar buku lowakan atau pasar buku bekas di sebelah desanya.

Budi mengatakan ingin sekali sekolah seperti teman-teman seumurannya yang lain, menikmati pagi dengan seragam rapo, sarapan pagi, mendapat pengetahuan baru yang selmaa ini ia damba-dambakan. Namun, semuanya belum bisa terpenuhi karena kondisi keluarga yang kurang berada.

Di saat ini sudah banyak tersedia sekolah gratis, tapi cenderung membutuhkan surat keterangan miskin, atau apalah sebutannya dengan tanda tangan atau diresmikan oleh perangkat desa yang menjadikan mereka bisa membuktikan bahwa mereka benar-benar orang tak punya.Namun, Budi enggan meminta-minta walaupun itu untuk kebaikan masa depannya.

Sampai suatu saat ada seorang pemuka desa, yang berhati mulia, mendatangi rumah Budi dan si nenek.

Ia memberi kabar bahwa budi mulai besok akan disekolahkan tanpa dipungut biaya. Mendengar kabar ini budi senangnya bukan main. Ia sudah menyiapkan berbagai peralatan sekolahnya, seragam juga sudah disediakan tinggal berangkat saja.

Kesokan harinya budi berangkat ke sekolah dengan penuh ceria, membawa segudang impian masa depan. Tapi ternyata, apa yang di dapat di sekolah ternyata berbeda jauh dengan apa yang selama ini ia bayangkan.

Budi merupakan satu-satunya peserta didik yang berbeda dengan yang lain, disaat guru memberikan tugas ia selalu bisa mengerjakannya dengan sempurna. Namun ada satu sisi yang menjadikan ia terkungkung.

Budi merasa bahwa semasa ia mengenyam pendidikan, seakan-akan semua yang diajarkan guru merupakan suatu hal yang wajib dipercayai tanpa ada yang bisa dikritisi.

Apa yang diajarkan menurut budi menghilangkan cita-cita yang selama ini ia punya. Pikiran-pikiran original yang ia bawa semasa sebelum sekolah tiba-tiba hilang, berganti dengan berbagai macam ucapan guru yang mengatakan bahwa ilmu ini penting, namun semua yang disampaikan itu ternyata menjadikan keoriginalan pikiran budi layaknya di setir.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline