Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Memori dan Kesetiaan Larut dalam Susu Nasional yang Legendaris

Diperbarui: 10 Januari 2025   16:55

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Susu Nasional yang legendaris dan masih eksis (dok. pribadi).

Zaman semakin maju dan waktu terus melaju. Namun, kehidupan selalu memberi ruang untuk yang lama. Tetap ada tempat bagi sesuatu dari masa lalu untuk hadir menyertai masa kini. Menemani generasi-generasi baru dan menyapa lagi generasi lama yang merindu.

Awal Januari lalu saya melalui masa nostalgia ini ketika menjumpai sepeda penjual susu "Nasional" berhenti di tepi jalan. Dikerumuni beberapa orang dewasa, padahal susu itu dulu dikenal sebagai jajanan anak-anak yang sering dijumpai di depan gerbang sekolah.

Dulu susu tersebut termasuk jajanan mewah untuk saya. Meski harganya tidak semahal susu lainnya, tapi uang harian saya tidak pernah tersisa banyak untuk membeli lebih dari satu jajanan. Apalagi jatah uang jajan harian itu sudah termasuk ongkos naik angkutan umum menuju dan pulang sekolah. Sedikit yang tersisa biasanya habis untuk membeli gorengan atau minuman lain di kantin. Jika ingin membeli susu itu berarti saya tidak bisa lagi membeli makanan atau minuman lain sepanjang hari yang tersisa. Kecuali pada hari ketika saya memilih naik sepeda untuk berangkat dan pulang sekolah. Maka uang yang tersisa bisa untuk membeli susu.

Dulu susu sebenarnya bukan minuman kesukaan saya. Beberapa kali secara diam-diam saya bahkan membuang susu hangat yang sudah dibuatkan ibu sebagai tambahan sarapan.

Namun, susu Nasional sering berhasil menggoda saya untuk meminum susu. Salah satu sebabnya karena disajikan dingin dan segar seperti es. Rasanya pun enak dan saya sangat menyukai rasa vanilla dibanding varian rasa lainnya yang dimiliki susu Nasional.

Kenangan dari sekitar tahun 2000-an tersebut bangkit lagi pagi itu. Menggerakkan saya untuk menghampiri sepeda biru yang rasanya masih sama wujudnya seperti sepeda dari penjual susu yang dulu kerap muncul di muka sekolah. 

Pak Warto (62) sedang melayani orang-orang yang memilih susu dari kotak di atas sepedanya. Beberapa orang membeli dalam jumlah agak banyak. Kemungkinan untuk persediaan atau mereka sedang ingin memuaskan kerinduan pada rasa susu legendaris ini.

Tiba giliran saya memilih. Susu dalam gelas-gelas plastik berukuran kecil aneka warna amat menyenangkan pandangan. Melihatnya bukan hanya bibir yang tersenyum, tapi juga perasaan saya ikut berseri. Rasa vanila, stroberi, coklat dan moka, masih lengkap. Pak Warto juga membuka satu kotak lagi yang berisi susu dalam kemasan berbeda, yakni bungkusan plastik seperti bantal. Selain susu, ada pula yoghurt aneka rasa.

"Yang ini sepuluh ribu tiga", Pak Warto menyebutkan harga untuk susu dalam kemasan gelas plastik. Sedangkan susu dalam kemasan plastik bantal harganya lebih murah, yakni Rp2000.

Ternyata meski waktu telah bergerak maju puluhan tahun, susu ini tetap lebih murah dibandingkan produk-produk susu dalam kemasan lainnya yang memenuhi rak-rak minimarket, supermarket, maupin warung-warung rakyat. Padahal kalau ditinjau kualitasnya, susu legendaris ini tergolong unggul. Sebab kandungan susunya lebih dari 70%. Sementara beberapa produk minuman susu lain kandungan susunya justru di bawah itu. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline