Selalu saya bersyukur dilahirkan sebagai orang desa. Bersyukur dibesarkan menuruti kebiasaan-kebiasaan yang barangkali kini semakin nampak kuno. Itu bukan masalah bagi saya. Malah saya semakin bersyukur karena mewarisi setumpuk kebahagiaan berkat indahnya desa kampung halaman.
Memang sebagian wajah kampung halaman saya kini telah berubah. Hari demi hari menjadi semakin ramai dan berkemajuan. Dipadati oleh rumah-rumah serta semarak oleh kemunculan beraneka jenis tempat penyedia kebutuhan. Itu terutama nampak di timur kampung yang dilewati jalan raya penghubung kota kabupaten dan kota-kota tetangga.
Sedangkan di sisi utara, kampung halaman saya masih menyuguhkan ketenangan dan keindahan yang tak jauh berbeda dengan apa yang saya saksikan pada tahun-tahun lampau saat kecil. Seolah di sana banyak hal tetap lestari (baca artikel samber hari 25).
Ke sanalah saya sering menepi dan menyendiri saat sedang berada di kampung halaman. Seperti halnya ketika merasa diri sedang membutuhkan suntikan energi dan siraman semangat, kampung halaman jadi tujuan pertama yang saya didatangi.
Melewati sisi utara kampung, saya suka bersepeda menikmati suasana desa tempat kelahiran. Meski rutenya harus memutar, tapi ada letupan kepuasaan setiap memandangi bentangan sawah, ladang, popohonan dan kali yang satu sama lain nampak serasi berbagi ruang. Bahkan, seringkali perjalanan gowes sengaja saya arahkan dan akhiri di sana.
Bersepeda ke utara kampung selalu menyenangkan. Mula-mula memang seperti gowes di kampung pada umumnya yang perlu menempuhi jalanan di tengah pemukiman, melewati bagian muka rumah tetangga, serta melintasi halaman belakang rumah warga lainnya.
Namun, begitu tiba di ujung utara segera nampak bentang alam yang menyegarkan. Suasananya tenang sekaligus meriah oleh warna-warni dedauan dan kembang. Udaranya memberi kesejukan sekaligus kehangatan yang ramah.
Apalagi jika datang sebelum pukul 07.00. Suasana pagi masih menyisakan titik-titik embun yang bergelayut di atas rerumputan dan rumpun padi. Jejak-jejak basah di atas aspal masih belum kering. Sementara angin dingin bertiup bebas menembus hamparan hijau. Semua itu jadi sambutan yang melegakan.