Sebagai tuan rumah Piala Dunia U20, ada peluang besar untuk menjadikan Trofeo Ronaldinho sebagai pembawa pesan kepada dunia tentang menariknya sepakbola Indonesia. Memberikan pengalaman terbaik kepada Ronaldinho di stadion Indonesia bisa menjadikannya sebagai corong untuk mengirimkan kabar kepada dunia bahwa sepakbola Indonesia bisa dinikmati seperti di negara-negara besar lainnya. Sayangnya itu tak terjadi.
Merumput di Kanjuruhan Malang pada Minggu (26/6/2022) malam, Ronaldinho tentu berharap merasakan pengalaman bermain sepakbola yang gembira seperti yang ia dapatkan sepekan sebelumnya di Florida, Amerika Serikat.
Saat itu ia bermain bersama para koleganya mantan bintang sepakbola serta sejumlah pemain aktif lain. Tim yang dipimpinnya melawan tim Roberto Carlos.
Dari rekaman-rekaman yang beredar di internet terlihat Dinho sangat menikmati laga tersebut. Ia dan para kolega saling melayani. Bergantian mengumpan dan memberikan bola satu sama lain dalam lari-lari kecil. Saling menjebol gawang hingga lebih dari 20 gol tercipta.
Ronaldinho menebar senyum selama pertandingan. Ia pun berjoget saat berhasil mencetak gol. Selebrasi yang mengingatkan pada kebiasaannya saat masih aktif bermain sebagai bintang sepakbola.
Paling tidak vibes semacam itu pula yang ada di bayangan saya ketika menonton Trofeo Ronaldinho kemarin. Pada akhirnya duduk di depan TV saya hanya bertahan menyaksikan Rans vs Persik dan Persik vs Arema yang sama-sama berujung penalti. Dua laga yang cukup sebagai alasan untuk tidak menonton laga terakhir.
Ronaldinho pun mungkin menyimpan rasa heran sekaligus kaget dalam hatinya. Perasaan yang bisa jadi membuatnya memutuskan untuk tidak tampil di laga Rans vs Arema. Sebab ia tak menemukan arti kegembiraan bermain sepakbola pada laga pertama Rans vs Persik.
Bukannya bermain, Ronaldinho hanya dijadikan pajangan di tengah lapangan. Meski sesekali mendapatkan bola dan melepas umpan yang apik, tapi perannya secara umum hanya jadi penonton.
Masih lumayan jika yang ditonton oleh Ronaldinho merupakan pertunjukkan sepakbola yang menarik. Namun, ternyata bukan. Di tengah lapangan ia hanya melihat para pemain yang berlari cepat, menendang keras, dan berbalas pelanggaran tanpa mampu mencetak gol. Bahkan dua sampai tiga umpan matang yang Dinho berikan dibuang begitu saja oleh pemain-pemain Indonesia.
Menyaksikan itu semua Dinho mungkin dihinggapi perasaan aneh tentang cara pemain Indonesia berlari, melepas tendangan, dan memberikan umpan. Lebih aneh lagi cara pemain melakukan pelanggaran kepada sesama pemain. Keras dan mengerikan.Seketika buyar konsep pertandingan persahabatan yang menggembirakan.