"Assalamualaikum, ibu-ibu, ayam...ayam..."
Kemungkinan besar ini gara-gara penjual tahu bulat yang digoreng dadakan. Pengeras suaranya telah mempengaruhi penjual keliling lainnya untuk melakukan hal yang sama.
Nadanya yang khas menginspirasi sesama penjual untuk menirunya. Bunyinya yang ikonik membuat banyak pihak tertarik. Dan meski suaranya kadang terdengar "cempreng", tapi mengundang penasaran.
Maka jadilah seperti sekarang. Hampir semua penjual keliling yang singgah di komplek tempat tinggal menggunakan "suara buatan".
Mereka tidak lagi berteriak untuk memanggil anak-anak dan penghuni komplek. Cukup lewat rekaman suara yang diputar berulang-ulang dari speaker mereka mengabarkan kedatangannya.
Rahmat, penjual sayur yang setiap hari berkeliling dan singgah di komplek sudah lebih dari 2 tahun memasang speaker di keranjang sayurnya. Lewat pengeras suara itu sebuah bunyi-bunyian yang khas ia perdengarkan.
"Yur sayur, sayurnya segar-segar." Begitulah bunyinya.
Rahmat terinspirasi melakukan itu dari sesama penjual sayur keliling yang telah lebih dulu menggunakannya. Ia lalu meniru bermodal speaker murah dan rangkaian elektronik sederhana.
Dengan rekaman suara dan speaker tersebut, Rahmat bisa menghemat tenaga pita suaranya. Ia pun bisa memberi tahu keberadaannya lebih awal kepada para penghuni komplek perumahan yang akan didatanginya.
Suara speakernya yang bisa didengar dari kejauhan membuat warga yang hendak berbelanja bisa mendapat kepastian bahwa ia akan segera datang.