Menjadi penyumbang emisi tidaklah membanggakan. Sudah seharusnya manusia menjadi kontributor solusi untuk bumi.
Beberapa hari belakangan suhu udara di Yogyakarta terasa lebih panas dari biasanya. Padahal musim hujan telah tiba. Agak aneh saat langit sering mendung, tapi manusia di bawahnya merasa kepanasan.
Sebenarnya ini bukan sesuatu yang baru. Dalam beberapa tahun terakhir sengatan suhu yang panas telah berulang kali terasa. Bukan hanya di Yogyakarta, tapi juga di daerah-daerah lain di Indonesia serta tempat-tempat lain di bumi.
Isyarat Tidak Mengenakkan
Menurut BMKG, tren kenaikan suhu udara sudah berlangsung selama 30 tahun terakhir. Namun, kenaikan suhu kali ini lebih terasa karena alih fungsi lahan yang meluas serta meningkatnya gas rumah kaca.
Saya mencoba menengok sekitar. Kawasan utara kampus UGM yang beberapa tahun lalu masih banyak dijumpai sawah dan kebun, kini sesak oleh barisan apartemen dan hunian baru. Sementara lalu lintas semakin padat karena jumlah kendaraan terus bertambah. Bisa dipastikan banyak emisi yang dilepaskan dan sebagian menguap begitu saja ke atmoster hingga membentuk perangkap rumah kaca.
Bagi saya itu sudah cukup sebagai isyarat tidak mengenakkan tentang masa depan bumi dan kehidupan di dalamnya. Dampak perubahan iklim akibat lonjakan emisi karbon semakin terasa.
Maka, butuh respon yang tepat dan cepat untuk menyelamatkan bumi. Tentu respon yang diharapkan bukan memperbanyak kipas angin atau menambah AC agar suhu menjadi sejuk.
Bukan Mustahil
Jalan keluarnya ialah mendorong Net-Zero Emissions atau Emisi Nol Bersih. Bukan berarti menghentikan emisi sama sekali. Sebab aktivitas manusia akan selalu memproduksi emisi. Bernafas pun manusia mengeluarkan karbon dioksida.
Emisi Nol Bersih sebaiknya dipahami sebagai upaya menurunkan jumlah emisi serta mengkompensasi emisi yang diproduksi oleh aktivitas manusia sampai tingkat paling rendah. Emisi karbon harus bisa diserap sepenuhnya sehingga tak ada yang mencemari atmosfer.
Dengan pemahaman tersebut, Net-Zero Emissions bukan lagi sesuatu yang mustahil. Setiap orang pun bisa berperan untuk mewujudkannya.