Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Cerita Kurir Paket di Yogyakarta, Penghasilan 2 Kali UMP, tapi...

Diperbarui: 17 Juni 2021   14:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kurir paket. Foto: Dokumentasi Pribadi

Sering berbelanja online membuat saya bisa mengenal beberapa nama kurir pengantar paket. Beberapa di antaranya merupakan kurir langganan. Sebab setiap paket untuk saya hampir pasti dihantar oleh kurir yang sama. Ada kurir yang akhirnya hafal nama saya. Demikian pula saya bisa tenang kalau paket sudah dibawa olehnya.

Salah satunya ialah BR, ia kurir salah satu ekspedisi besar yang identik dengan warna merah. Setiap hari ia mengantar paket untuk kawasan UGM dan sekitarnya. Sudah sering paket saya dihantar olehnya. 

BR punya kebiasaan menelepon saya lebih dulu untuk memberi tahu bahwa ia sudah dekat. Kebiasaan lainnya ialah ia hampir selalu mengantar paket saya pada sore hari antara pukul 16.00-18.00 WIB. 

Beberapa waktu lalu saat ia baru mengantarkan paket, hujan tiba-tiba turun. Ia meminta izin untuk berteduh di garasi. Saya mempersilakannya bersantai di sana. Rupanya ia hendak membereskan sisa paket yang perlu dihantar. Satu kantung yang telah kosong ia lipat. Sementara satu kantung lainnya masih menyisakan separuh isi.

Hujan turun agak lama. Saya memutuskan untuk menemaninya di garasi. Ia merokok dan saya tak melarangnya demi membuatnya nyaman. Bagi sebagian orang rokok merupakan penawar penat sekaligus pemulih semangat. Saya mencoba memahami kebutuhannya tersebut meski saya menentang rokok.

Saya mengambil posisi duduk sekitar dua meter darinya. Sejumlah obrolan santai terjalin diiringi rintik hujan. Kami sempat menyinggung soal virus Corona. Ia bertanya tentang bagaimana virus ini sebenarnya. Saya menjelaskan sederhana dengan menekankan mutasi dan penularannya yang bisa menjangkiti semua orang tanpa disadari.

Tanggapannya membuat saya sedikit terkejut. Sebab baginya tertular atau tidak virus Corona merupakan takdir. Ia mengibaratkan hidup mati seseorang yang sudah ditetapkan oleh Tuhan. Saya tidak menanggapinya lebih jauh dan memilih berganti topik seputar pekerjaannya sebagai kurir pengantar paket.

Ia pun mulai bercerita. Rupanya baru pada 2018 ia menjadi kurir ekspedisi ini. Sebelumnya ia menjadi kurir untuk ekspedisi besar lainnya.

Ketika saya tanya alasannya berganti bendera, ia menjelaskan bahwa kelenturan waktu dan target pengantaran paket menjadi pertimbangan utama. Ia tak merinci bagaimana sistem kerja di tempat lama. 

Namun, ia mengatakan kerjanya sekarang tidak terlalu memberatkan. Ia boleh mulai lebih siang asalkan bisa menuntaskan paket yang perlu dihantarkan. "Sekarang sih saya agak santai. Biasanya mulai siang", katanya.

Konsekuensinya ia sering baru menyelesaikan pengantaran menjelang malam. Bahkan, kadang sampai mendekati pukul 20.00. Akan tetapi itu tak terlalu masalah baginya. Sebab area UGM yang menjadi tanggung jawabnya mudah dijangkau. Antar alamat cukup berdekatan. Sebagian nama dan alamat juga sudah ia hafal.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline