Bipang jadi berita nasional dalam beberapa hari terakhir. Khususnya semenjak Presiden Jokowi mempromosikan kuliner bernama Bipang Ambawang yang ternyata sejenis olahan babi muda panggang.
Langkah presiden segera memicu polemik. Sebagian masyarakat menganggap presiden telah melecehkan umat Islam dan tidak menghargai Ramadan serta Idulfitri. Bahkan, ada yang menuntut presiden minta maaf. Konyol memang ego mayoritas seperti ini. Sebab melarang promosi kuliner yang tidak mencerminkan mayoritas merupakan sikap yang penuh kesempitan. Apalagi segera dikaitkan dengan agama dan etnis tertentu.
Menteri Perdagangan sebagai pihak yang berkepentingan dengan promosi presiden tersebut langsung angkat bicara. Selain meminta maaf atas kegaduhan yang timbul, Mendag juga mengajak masyarakat untuk memahami konteks promosi kuliner dalam rangka menghargai keberagaman masyarakat Indonesia.
Dijelaskan bahwa promosi Bipang Ambawang merupakan bagian dari upaya mendorong masyarakat untuk mencintai dan membeli produk makanan lokal sesuai kearifan masing-masing. Sudah tentu yang muslim tidak perlu mengkonsumsi dan tidak usah membeli.
Juru Bicara Presiden, Fadjroel Rachman juga ikut meluruskan. Menurutnya, Bipang versi Presiden Jokowi bukanlah babi panggang. Melainkan penganan yang terbuat dari beras, yakni Jipang yang ternyata dikenal pula sebagai Bipang.
Klarifikasi Juru Bicara Presiden ini sebenarnya bisa dikritisi. Sebab memperlihatkan perbedaan yang mencolok dengan penjelasaan Mendag. Di satu sisi Mendag tidak membantah bahwa Bipang Ambawang yang dipromosikan presiden merupakan babi panggang. Namun, Juru Bicara Presiden justru merujuk pada jenis jajanan yang sangat berbeda, yakni Jipang.
Maka dari itu, klarifikasi dari dua pembantu presiden di atas bukannya menjernihkan masalah. Malah menegaskan buruknya komunikasi publik istana yang selama ini sudah sering terjadi. Presiden Jokowi seolah tidak didampingi oleh para juru humas yang mumpuni. Kalau untuk menjelaskan Bipang saja para pembantu presiden tidak seirama, maka wajar jika pada masalah penting seperti larangan mudik, PPKM, dan penanganan Covid-19 lainnya kita sering menyaksikan para pembantu presiden saling ralat dan tidak kompak.
Kembali ke soal Bipang versi Jokowi yang dijelaskan oleh juru bicaranya sebagai jajanan dari beras. Kalau benar ini yang dimaksud, maka saya termasuk penggemar Bipang alias Jipang.
Namun, saya baru tahu kalau Jipang juga dikenal dengan nama "Bipang". Setahu saya, Jipang yang banyak dijumpai di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan DIY ini punya nama lain "Gipang" atau "Berondong Beras".
Sejak kecil Jipang atau Bipang sudah jadi jajanan kesukaan saya. Jipang sering saya dapatkan dari penjual jajanan di sekolah dan di warung-warung sekitar rumah.