Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Rizieq Shihab, Jokowi, dan Kerukunan Antarumat Beragama

Diperbarui: 5 November 2020   09:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Rizieq Shihab mengabarkan rencana kepulangannya ke Indonesia (sumber: youtube/kompastv)

Pelarian Habib Rizieq Shihab (HRS) selama lebih dari 3 tahun akan segera berakhir. Lewat kanal youtube pada Rabu (4/11/2020) HRS menyampaikan rencana kepulangannya. Ia akan meninggalkan Arab Saudi pada hari Senin pekan depan (9/11/2020) dan tiba di Indonesia keesokan harinya.

Kabar tersebut sudah pasti disambut suka ria oleh para pendukung HRS, terutama massa Front Pembela Islam (FPI). Kembalinya HRS pun menjadi sorotan berita nasional serta perbincangan di media sosial. Terbukti nama Rizieq Shihab sempat bertengger di jajaran trending topic twitter kemarin.

Menariknya, hampir bersamaan dengan pengumuman kepulangan HRS, Presiden Jokowi mengunggah pernyataan yang boleh dianggap kurang biasa di akun media sosial resmi presiden. Dalam unggahannya itu Presiden Jokowi menyinggung soal kerukunan antarumat beragama.

Maknanya memang bisa dianggap secara normatif saja sebagai pesan kepada masyarakat untuk terus memperkuat kerukunan. Akan tetapi bisa juga lebih dalam, yakni semacam kegelisahan.

Apakah itu sesuatu yang kebetulan? Mengapa kali ini Presiden Jokowi memilih membahas kehidupan beragama? Adakah peristiwa pada hari itu atau hari-hari belakangan yang oleh presiden dianggap penting sehingga ia merasa perlu bicara soal kerukunan beragama di Indonesia?

Kesan tersebut bisa ditangkap lewat penekanan yang disampaikan presiden tentang risiko yang akan ditanggung oleh bangsa Indonesia jika masyarakat tak menjaga semangat kerukunan. Itu tampak pada kalimat "perpecahan dan egoisme akan membawa kehancuran".

Pesan tersebut diperkuat lagi pada kalimat-kalimat berikutnya agar masyarakat Indonesia "tidak memberi ruang bagi tumbuhnya rasa saling curiga dan berkembangnya benih-benih permusuhan". Artinya presiden hendak mengingatkan soal ancaman-ancaman laten berupa rasa curiga dan permusuhan yang benihnya selalu ada di akar rumput.

Presiden juga menyinggung peran "para penggerak kerukunan umat beragama yang dalam kesehariannya tak lelah merawat kerukunan dan toleransi". Tentu saja para penggerak yang dimaksud bisa masyarakat biasa, tokoh masyarakat, para pemimpin, termasuk pemuka agama.

Presiden Jokowi mengunggah pernyataan soal kerukunan beragama pada waktu yang hampir bersamaan dengan pengumuman kepulangan HRS (sumber: IG @jokowi).

Perlu diketahui bahwa pernyataan yang disampaikan seorang presiden, baik secara langsung maupun lewat unggahan di media sosial resmi, selalu memiliki latar belakang dan konteks aktualitas tertentu. Hal itu berlaku pula pada unggahan soal kerukunan umat beragama di atas.

Memang ada sejumlah peristiwa aktual keagamaan maupun yang terkait kehidupan beragama dalam beberapa hari terakhir. Di antaranya peringatan Maulid Nabi serta tragedi di Perancis yang dipicu karikatur Nabi.

Akan tetapi peringatan Maulid Nabi telah lewat sepekan lalu. Sedangkan kejadian di Perancis telah ditanggapi secara khusus oleh Presiden Jokowi lewat konfrensi pers pada 31 Oktober 2020.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline