Hari demi hari atmosfer digital semakin pekat melingkungi kita. Sekarang hampir tak ada sisi kehidupan yang tak terpapar sentuhan digital. Seakan keniscayaan, kita telah memasuki era baru bernama era digital.
Tanda-tandanya sangat jelas. Beberapa hari lalu saya agak terkejut ketika menyadari bahwa dalam 3 bulan terakhir saya hanya menyimpan lembaran uang kurang dari Rp200.000 setiap bulannya. Tanpa saya sadari semakin sedikit uang yang saya simpan di dompet.
Apakah saya sudah tidak butuh uang? Tentu saja uang masih sangat saya butuhkan. Hampir semua kebutuhan masih harus dibayarkan dengan uang. Hanya wujudnya saja yang berbeda. Kini saya terbiasa bertransaksi dengan uang elektronik.
Pemicunya bukan pandemi Covid-19 saat transaksi nontunai lebih dianjurkan. Jauh sebelum pandemi teknologi digital telah memindahkan sebagian besar uang saya dari dalam saku ke sebuah aplikasi canggih yang terpasang di smartphone. Lembaran-lembaran uang pun bertransformasi menjadi saldo uang elektronik di dompet digital.
Sekarang setiap hendak berbelanja di supermarket atau minimarket, saya lebih dulu memastikan apakah tempat tersebut melayani pembayaran digital dengan uang elektronik. Saat hendak membayar, kebiasaan lama menarik dompet dan uang dari saku berganti dengan kebiasaan baru. Kini yang saya lakukan ialah menyentuh smartphone, membuka aplikasi dompet digital, memindai QR code, masukkan PIN dan selesai.
Seiring dengan itu bahwa belanja daring juga menjadi gaya hidup baru yang saya gauli sejak beberapa tahun terakhir. Saya punya akun di beberapa e-commerce. Kini setiap membutuhkan sesuatu, pertama yang saya lakukan ialah survey di aplikasi e-commerce. Seringkali keputusan untuk membeli sesuatu diawali pertanyaan sederhana: "bisa dibeli online nggak ya?".
Sudah banyak invoice transaksi yang masuk ke email saya. Sabtu kemarin saja baru tiba dua paket barang yang saya beli dari dua e-commerce yang berbeda.
Itu hanya sekelumit contoh aktivitas digital yang menghadirkan perubahan besar dalam kebiasaan saya beberapa tahun terakhir.
Produktif dengan Multitasking
Era digital mendatangkan berkah yang semakin hari membuat saya semakin jauh bertualang di dalamnya. Dari urusan belanja dan menggunakan ojek daring, membayar tagihan bulanan, berdonasi, transfer dana, memesan akomodasi perjalanan, dan lain sebagainya.
Dalam hal pekerjaan, intervensi digital juga membantu saya mengembangkan keterampilan multitasking. Padahal dulu saya cenderung menghindari multitasking. Sebabnya kemampuan saya terbatas dan multitasking saya anggap merepotkan serta kontraproduktif. Pendek kata multitasking tidak segampang berjalan sambil ngobrol dengan teman.