Sekarang, 24 Juni merupakan hari yang bersejarah dan penuh arti. KAHITNA, juragan cinta yang tersohor itu menapaki usia musikalnya yang ke-34 tahun terhitung sejak pertama kali dibentuk oleh Yovie Widianto pada 24 Juni 1986 di Bandung.
Hari ini pula saya melepaskan salah satu kepunyaan yang cukup berarti. Kepada seorang teman sore tadi saya menyerahkan sebuah laptop Presario yang sudah lama mati.
Beberapa tahun lalu pada saat motherboard-nya divonis rusak, laptop ini sebenarnya masih mungkin diselamatkan. Saat itu di sebuah tempat perbaikan laptop yang cukup terkenal, tapi saya tak merekomendasikannya, sang teknisi mengatakan laptop ini bisa diperbaiki dengan biaya setidaknya 1,5 juta rupiah. Namun, ada catatannya. Yakni kemungkinan laptop itu bisa sembuh hanya 50%.
Menimbang peluang yang hanya separuh dan nilai uang yang perlu saya keluarkan, dengan berat saya memilih mengakhiri kisahnya. Saya putuskan untuk tak memperbaikinya dan hanya meminta agar hardisknya dicabut sehingga saya bisa tetap memiliki segala data di dalamnya. Tentu saja bersama hardisk tersebut telah terekam banyak kenangan. Termasuk berbagai catatan tentang KAHITNA, foto-foto yang sambil dari konser-konser mereka, serta dokumen penting dan berharga lainnya.
Akhirnya selama bertahun-tahun laptop itu hanya tersimpan dalam lemari. Setiap membuka lemari, sering saya terpaku agak lama memandanginya. Kadang saya suka mengambilnya lagi. Sekadar membukanya dan menggerakkan jari di atas keyboardnya. Tentu saja tak terjadi apa-apa pada layarnya. Ia sudah lama mati dan tak pernah bangun lagi.
Sampai kemudian beberapa hari lalu saya putuskan untuk membersihkannya. Lalu lerlintas dalam pikiran akan diapakan benda ini? Dibuang ke tempat sampah? Atau dipasrahkan kepada tukang loak yang suka melintas?
Rupanya hati menolak. Kejam rasanya mencampakkan sesuatu yang pernah lama bersama kita. Meski hanya benda mati, tapi sejak memilikinya pada 2009 laptop ini menemani saya ke banyak tempat dan melewati banyak momen. Dengan laptop ini banyak hal terjadi dan dilalui. Ia jadi saksi berbagai peristiwa yang mampir dalam hidup saya dan akhirnya jadi pengalaman berharga.
Bersamanya saya berangkat ke Jakarta pada 14 September 2011 untuk menonton Konser 25 Tahun Cerita Cinta KAHITNA hari berikutnya. Dengannya pula saya menulis dua artikel untuk konten www.kahitna.net yang sempat eksis pada masanya.
Ceritanya pada suatu malam, Mas Firman, salah seorang manajer KAHITNA menelepon saya. Kepada saya ia katakan membutuhkan konten untuk mengupdate kahitna.net jelang konser 25 tahun.
Tentu saja permintaan itu saya balas seisi jiwa. Senangnya bukan main. Bagi saya yang menggemari KAHITNA dari jauh hal tersebut seperti durian runtuh.
Keberuntungan sekaligus keajaiban karena bisa menyumbang secuil kontribusi dalam persiapan konser 25 Tahun Cerita Cinta KAHITNA walau hanya lewat tulisan di kahitna.net. Tak peduli apakah dua artikel itu dibaca oleh banyak orang atau tidak, yang jelas saya bangga. Apalagi beberapa hari kemudian saya menemukan tulisan-tulisan itu benar-benar terpajang di situs.