Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Dulu Liputan Mudik, Sekarang Liputan #JanganMudikDulu

Diperbarui: 21 Mei 2020   11:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tim mudik Kompas TV berfoto menjelang peliputan mudik 2017 (sumber: twitter kompastv).

"Jalan-jalan mudik lebaran. Bersama-sama keluarga. Jaga diri di perjalanan agar selamat dan bahagia...Pergi silaturahmi untuk kembali. Selamat mudik lebaran..."

Mendekati Idulfitri biasanya saya jadi lebih suka menonton TV. Alasannya demi bisa mengikuti liputan mudik yang ditayangkan oleh hampir semua stasiun TV mulai H-7 sampai H+7 lebaran. Malah ada stasiun TV yang sudah meliput arus mudik sejak H-10.

Menurut saya liputan mudik sudah menjadi satu paket dari tradisi mudik. Bahkan, pernah ada yang mengatakan kalau di Indonesia sebenarnya telah berkembang cabang jurnalisme baru, yakni jurnalisme mudik.

Hal itu menggambarkan betapa liputan mudik mendapat ruang istimewa baik di stasiun TV  itu sendiri maupun di benak masyarakat. Pola-pola liputan dan pemberitaan seputar mudik seolah dilakukan dengan standar tertentu yang berbeda dengan pemberitaan umum.

Salah satu bukti bahwa liputan mudik sangat istimewa ialah program acaranya yang dibuat secara khusus. Selama musim mudik stasiun-stasiun TV menayangkan liputan mudik setiap jam atau secara berkala selama 24 jam. Ada yang disisipkan di program berita reguler. Tapi lebih banyak yang dikemas dalam program spesial pantauan arus mudik. Begitu spesialnya sampai ada seremoni khusus untuk melepas tim liputan mudik.

Gencarnya liputan mudik akhirnya membuat saya menyenangi tontonan ini. Entah sejak kapan hal itu saya alami. Yang jelas liputan mudik selalu saya tunggu setiap menjelang dan seusai lebaran.

Selain hal di atas ada sejumlah daya tarik lain dari liputan-liputan mudik di TV. Pertama, liputan mudik berhasil memperlihatkan istimewanya pekerjaan jurnalis. Saya selalu kagum melihat jurnalis-jurnalis melaporkan langsung situasi arus mudik dari pinggir jalan tol, persimpangan jalan, pelabuhan, terminal, stasiun, atau bandara.

Seringkali dari pagi hingga malam jurnalisnya tidak berganti. Kadang dini hari wajah yang sama muncul lagi. Itu berarti mereka sepanjang hari di lapangan. Mandi dan tidur mungkin menumpang di pos mudik, rumah warga, atau di mobil.

Dedikasi tersebut dilakukan paling tidak dua pekan lamanya. Dari hal itu anak kecil sampai orang dewasa bisa menangkap kesan keren dari jurnalis-jurnalis liputan mudik.

Liputan mudik kompas tv (sumber: youtube kompastv).

Kedua, liputan mudik telah melekatkan citra dan kesan yang kuat tentang tempat-tempat atau istilah yang sebenarnya bagi banyak orang tak memiliki relasi secara langsung. Saya ambil contoh, lewat laporan-laporan jurnalis di jalur mudik saya jadi hafal yang namanya Cikampek, Simpang Jomin, Nagrek, Simpang Pejagan, Pasar Senen, Bakauheni, dan sebagainya. Sebagian dari nama-nama tersebut bisa dikatakan sangat legendaris dalam lingkup mudik lebaran.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline