Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

"Nyabu" di Pasar Kranggan Yogya, Pakai Jenang 8 Rasa

Diperbarui: 27 Januari 2020   17:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aneka Jenang atau bubur yang dijajakan Bu Jum di depan Pasar Kranggan Yogyakarta (dok. pri).

Seminggu terakhir saya merasa kecanduan. Selera lidah bergeser. Tidak menyentuh nasi dan lebih memilih bubur. Saya jadi rajin "nyabu" alias nyarap bubur.

Bukan bubur ayam, karena saya tidak suka dengan bubur jenis ini. Sepanjang hidup baru sekali saya mencecap bubur ayam dan semenjak itu saya memutuskan untuk tak menikmatinya lagi sampai sekarang.

Beda halnya dengan bubur sumsum, mutiara dan atau bubur kacang ijo. Bubur-bubur tersebut sangat saya sukai sejak kecil. Bubur sumsum jadi favoritnya.

Mungkin karena cuaca yang dingin akibat hujan yang kembali deras beberapa hari terakhir atau lidah sedang bosan dengan nasi, sehingga selera saya beralih pada bubur yang lembut.

Bu Jum dengan Jenang 8 Rasa buatannya (dok. pri).

Oh ya, di Yogya orang-orang lumrah menyebut bubur sumsum dan aneka varian bubur lainnya dengan sebutan "jenang". Unik memang karena di daerah lain seperti Jawa Tengah, jenang identik dengan makanan sejenis dodol.

Begitulah budaya Indonesia. Keragaman kulinernya bukan hanya dalam bahan, komposisi, dan wujud, tapi juga seringkali tampil dalam penamaan makanan dan minuman yang serupa atau mirip.

Di Yogya penjual jenang sudah eksis sejak pagi-pagi sekali. Ada yang berkeliling dengan sepeda dan sepeda motor. Ada pula yang menetap di beberapa tempat, biasanya di sekitar pasar tradisional.

Hingga Minggu (26/1/2020) lidah saya masih belum berubah keinginannya. Masih saja menginginkan bubur untuk sarapan. Maka melangkahlah saya kembali pagi itu untuk mencari bubur. 

Kali ini tempat yang saya tuju sedikit lebih jauh, yakni Pasar Kranggan di sebelah barat Tugu Pal Putih Yogyakarta. Jaraknya sekitar 150 meter dari landmark kota Yogyakarta tersebut. 

Jenang ketan hitam (dok. pri).

Jenang mutiara (dok. pri).

Di area depan Pasar Kranggan, dekat pintu masuk utama, ada seorang penjual yang menjajakan aneka jenang istimewa, termasuk sumsum kesukaan saya. Akan tetapi saat tiba pukul 07.00 pagi ternyata yang saya cari belum muncul. Seorang penjual gudeg memberi tahu kalau si penjual Jenang mungkin terlambat.

Sambil menunggu untuk memastikan hal itu, saya berjalan-jalan ke area belakang pasar. Dibandingkan area depan, suasana di area belakang jauh lebih ramai. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline