Ada warna yang berbeda di area hari bebas kendaraan (car free day) Solo pada Minggu pagi itu. Dalam riuh aktivitas masyarakat berolahraga dan semarak penjaja makanan yang dikerubungi pemburu kenikmatan rasa, terhampar ratusan kaset lawas di sepenggal citywalk Slamet Riyadi.
Seorang pria duduk bersila. Pandangannya sedang tertuju pada lembaran koran saat saya tiba. Seperti menyadari kedatangan seorang tamu, ia segera menyudahi aktivitas membacanya.
"Silakan, nyari apa?", katanya mempersilakan. "Lihat-lihat ya Pak", saya minta izin.
Sebagai penyuka musik dan lagu jadul, lapak Pak Parlan ini akhirnya menyita sekitar 30 menit waktu saya untuk menikmati sampul-sampul menarik di balik setiap kotak plastik dan mika itu.
Barang istimewa, kata saya dalam hati. Bahkan, beberapa di antaranya merupakan koleksi langka. Hanya saja koleksi Pak Parlan ini didominasi penyanyi dan grup musik dari luar negeri, khususnya yang bergenre rock.
Pak Parlan memang seorang penggemar musik rock. Pria 62 tahun ini sudah menyenangi musik rock sejak SMA. Pada saat itu pula ia mulai mengoleksi kaset-kaset idolanya.
"Kesukaan saya Led Zepellin, Sepultura, pokoknya grup (rock) luar banyak yang saya suka", katanya. Seperti kebanyakan orang seumurannya, Pak Parlan juga menyenangi Koes Bersaudara dan Koes Plus.
Dari musik rock, ia kemudian mendengar ragam musik lainnya juga, termasuk pop. Menurutnya itu karena pada zaman dulu ia dan teman-temannya punya kebiasaan saling bertukar dan meminjamkan kaset. "Ibaratnya teman tongkrongan dulu kan macem-macem dan dengerinnya kaset", katanya memperjelas.
Pada 1975 ia pun mulai serius mengoleksi kaset. Seiring waktu koleksi kasetnya terus bertambah. Sampai saat ini jumlahnya mencapai ribuan yang tersimpan di rumahnya di kawasan Sanggrahan.
Sejak 2014, Pak Parlan memutuskan untuk mulai menawarkan sebagian koleksinya kepada para penggemar musik. Kini sehari-hari selain mengelola warung kelontong di rumahnya, ia juga melayani para penikmat dan pemburu kaset lawas.
Pak Parlan mengaku mempunyai beberapa pelanggan dari luar Solo. "Ada pelanggan saya dari Jogja dan Malang yang masih sering nyari (kaset)", terangnya.