Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Belajar dari Kiai Hasyim Asy'ari, Mahaguru Umat Islam Indonesia

Diperbarui: 27 Mei 2019   21:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokumentasi pribadi

"Andai ada 10 orang seperti KH. Hasyim Asy'ari yang berdakwah di Eropa, maka sebagian besar orang Eropa akan memeluk Islam"

Kehidupan masyarakat Indonesia akhir-akhir ini memunculkan kecenderungan untuk mempertentangkan lagi antara agama dan budaya. Sementara di kalangan umat Islam sendiri kembali menguat dikotomi Islam tradisionalis dan modernis. 

Kenyataan tersebut di satu sisi tak bisa dihindari sebagai bagian dari dinamika masyarakat yang terus berpikir mengikuti zaman. Namun, di sisi lain kehendak untuk mempertentangan secara tajam perbedaan-perbedaan semacam itu memperlihatkan terjadinya kemunduran mengingat sudah sejak lama para tokoh dan ulama besar negeri ini memberi petunjuk dan teladan bagaimana semestinya kita hidup di tengah masyarakat.

Salah satunya, belajarlah pada KH. Hasyim Asy'ari, sang Hadratussyaikh pemersatu umat Islam Indonesia. Ia adalah ulama besar, tokoh pesantren, sekaligus pahlawan yang jasa dan warisannya  teramat besar untuk dilupakan. 

Jika ada yang masih asing dengan KH. Hasyim Asy'ari, bisa membaca lebih dulu tentang kebesaran sosok Abdurrahman Wahid alias Gus Dur dan Wahid Hasyim. Gus Dur adalah cucu KH Hasyim Asy'ari. Sedangkan Wahid Hasyim, menteri agama pertama Republik Indonesia, ialah putra Hadratussyaikh dan ayah dari Gus Dur.

Tebuireng

Salah satu warisan terbesar KH Hasyim Asy'ari adalah Pondok Pesantren Tebuireng yang berpusat di Jombang, Jawa Timur dan sekarang telah memiliki cabang di beberapa daerah di luar Jawa. Hadratussyaikh mulai mendirikan Tebuireng pada 1899. 

Tidak mudah untuk mendirikan Pondok Pesantren Tebuireng. Hadratussyaikh harus menghadapi intimidasi dari pihak-pihak yang tidak menghendaki keberadaan pondok pesantren di daerah tersebut. Apalagi pada masa itu di Tebuireng berdiri sebuah pabrik gula di mana banyak karyawannya sering melakukan perbuatan maksiat sambil menghabiskan uang gaji dari pabrik.

Akan tetapi berkat doa, kerja keras, dan keikhlasan beliau serta bantuan dari sejumlah pihak, Pondok Pesantren Tebuireng mampu berdiri. Mengingat Tebuireng masih terus bertahan dan berkiprah hingga saat ini, maka pondok Tebuireng menjadi salah satu pondok pesantren terbesar dan tertua di Indonesia. 

Sederet nama ulama besar Indonesia lahir dari tangan dingin pengajaran KH. Hasyim Asy'ari di Tebuireng. Di antaranya adalah Kiai Abdul Manaf (pendiri Pondok Pesantren Lirboyo Kediri), Kiai Bisyi Syamsuri (Pondok Pesantren Denanyar Jombang), Kiai Jazuli Usman (Pondok Pesantren Ploso Kediri), dan Kiai Chudlory (Pondok Pesantren Tegalrejo Magelang).

Melalui Pondok Pesantren Tebuireng, KH Hasyim Asy'ari mengajarkan Islam dengan menekankan pada pembentukan karakter dan pemahaman terhadap kehidupan masyarakat. KH Hasyim Asy'ari mengajarkan kepada para santrinya untuk mengamalkan ilmu-ilmu agama dalam kehidupan sehari-hari. Amal adalah puncak dari ilmu, sedangkan aktualisasi nilai-nilai agama diperlukan mengingat setiap santri akan hidup bermasyarakat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline