Tidak banyak karya yang ditulis dan kemudian ditakdirkan untuk menjadi besar. Karmila adalah karya besar yang menjadi masterpiece bagi penulisnya serta jadi tonggak bersejarah bagi penerbitnya, Gramedia Pustaka Utama.
Senin, 25 Maret 2019, hari yang penting dan penuh arti bagi sebuah penerbit besar (mungkin yang terbesar) di Indonesia, Gramedia Pustaka Utama (GPU). Berdiri sejak 25 Maret 1974 itu artinya GPU telah melangkah sejauh 45 tahun.
Sebagai penyuka buku sudah barang tentu saya perlu mengucapkan selamat sekaligus terima kasih kepada GPU. Setidaknya dengan tiga alasan. Pertama-tama karena GPU telah ikut mengisi rak buku saya.
Beberapa buku yang saya senangi dan buku itu kemudian menyumbangkan pengetahuan serta pengalaman penting untuk saya adalah buku yang meluncur dari percetakan Gramedia. Bahkan, buku "memorabilia" grup band idola saya, KAHITNA, juga diterbitkan secara khusus oleh GPU. Sebagai soulmate KAHITNA saya menganggap itu sebagai hadiah paling istimewa dari GPU.
Kedua, belakangan ini saya mendapati lebih banyak promo, diskon, dan event yang diselenggarakan oleh GPU dan Gramedia Store di mana lewat itu semua saya bisa mendapatkan banyak buku GPU secara lebih terjangkau. Salah satu kesenangan bagi seorang penyuka adalah mendapatkan buku-buku bermutu secara lebih mudah dan tentu saja lebih murah.
Alasan ketiga dan ini yang membuat saya sebagai pembaca buku GPU merasa sangat beruntung adalah memiliki Karmila, salah satu karya besar dari penulis besar Marga T.
Saya masih ingat bagaimana menemukan Karmila di sudut ruangan sebuah toko buku di Yogyakarta pada 2010 silam. Saat itu sedang diadakan pameran buku dan sebagaimana lazimnya pameran buku, maka beberapa buku lama dikeluarkan dan dijual dengan harga lebih murah.
Karmila rupanya salah satu judul yang dijual "murah" ketika itu. Kalau tidak salah ingat saya membawanya pulang dengan hanya membayar Rp25.000. Harga yang sangat saya syukuri dan begitu selesai membacanya saya segera merasa sangat beruntung bisa mendapatkan karya besar ini.
Dengan mudah saya menyukai Karmila dan dengan mudah pula saya jatuh hati pada karya-karya Marga T berikutnya. Sejak membaca Karmila saya kemudian berburu novel-novel Marga T lainnya. Maka hari ini di rak buku saya Karmila bersanding dengan beberapa judul lainnya, sebutlah "Sekuntum Nozomi" dan "Bukan Impian Semusim".
Cerita Karmila menurut saya sangat luar biasa. Marga membawanya secara bersahaja dalam kisah yang dekat dengan "kenyataan" sehari-hari. Karmila memang sebuah fiksi. Tapi sebagai sebuah pengalaman kisah, menurut saya Karmila adalah realitas.