Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Bu Wiwin dan Terang Bulan Jadul di Yogyakarta

Diperbarui: 26 November 2018   18:39

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bu Wiwin, penjual terang bulan jadul (dok. pri).

Pada mulanya wanita itu terlihat duduk. Tangannya menggenggam plastik berisi minuman. Dari kejauhan pandangannya datar dan tanpa reaksi menatap arus kendaraan, entah itu bus, mobil, maupun sepeda motor, yang susul menyusul di sepanjang Jalan Agro, utara Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 

Senin (19/11/2018) siang itu menjelang pukul dua belas matahari sedang terik. Meskipun sudah memasuki musim hujan, tapi sinar matahari tetap menyengat. 

Pada bagian trotoar yang lebih teduh karena dinaungi pepohonan sehingga beberapa tukang ojek menjadikannya sebagai tempat mangkal, ia berdiam menunggu. Berharap ada yang menghampiri sepeda tuanya.

Benar saja, tidak lama kemudian tiga sepeda motor berhenti hampir bersamaan. Pengendaranya turun dan mendekatinya. Beberapa orang yang baru keluar meninggalkan pintu pagar kampus juga mendekat. Wanita itu pun menjadi lebih sibuk. Satu demi satu isi kotak kayu di belakang sepedanya berpindah tangan kepada orang-orang itu.

Terang bulan jadul (dok. pri).

Begitulah Bu Wiwin melakoni hari-harinya dengan menjual jajanan terang bulan. Bukan terang bulan seperti yang kebanyakan orang tahu selama ini. Melainkan terang bulan jadul.

Wanita berusia 50 tahun asal Lumajang tersebut baru sekitar 3 bulan merantau ke Yogyakarta. Sebelumnya selama 4 tahun ia menjajakan terang bulan jadul di Kota Solo. "Di Solo sudah ada banyak, sekitar empat belas", jawabnya saat ditanya alasan pindah dari Solo ke Yogyakarta.

Terang bulan jadul yang mirip pancake (dok. pri).

Seperti sewaktu masih di Solo, di Yogyakarta ia pun berjualan secara keliling dengan menggunakan sepeda onthel. Sebuah kotak kayu terpasang di bagian belakang sepedanya sebagai tempat meletakkan bahan-bahan membuat terang bulan.

Pada mulanya Bu Wiwin berjualan di sekitar Alun-alun Utara Keraton Yogyakarta. Kemudian ia mencoba berjualan di sekitar GOR Klebengan yang juga tak jauh dari kampus UGM. Namun, saat ini ia lebih suka menunggu pembeli di Jalan Agro. 

Lokasinya yang strategis dekat dengan hunian mahasiswa dan berhadapan dengan pintu utara kawasan kampus UGM membuatnya berharap akan lebih banyak pembeli yang tertarik dengan terang bulan jadul.

Terang bulan jadul yang dijajakan Bu Wiwin (dok. pri).

Bu Wiwin tinggal di kawasan padat Kampung Sayidan di pinggiran Sungai Code. Sebuah tempat tinggal sederhana dikontraknya sebagai tempat bernaung selagi mencari nafkah di Yogyakarta. 

Dari tempat itulah setiap hari ia mengayuh sepeda sejauh lima hingga enam kilometer menuju kawasan kampus UGM. Biasanya sekitar pukul delapan pagi ia sudah sampai di Jalan Agro.

Terang bulan jadul Bu Wiwin sepintas lebih mirip roti pancake yang lebar. Lembaran "pancake" sudah dibuat terlebih dahulu dan tinggal diramu saat ada yang membeli. 

Sebuah terang bulan jadul seharga Rp6000 adalah dua "pancake" yang ditumpuk dan ditaburi gula halus berwarna putih. Bu Wiwin kemudian menambahkan kental manis cokelat dan cokelat meses di atasnya. Ada pula selai rasa buah bagi yang menghendaki rasa lain. 

Meski terang terang bulan jadul Bu Wiwin tidak setebal terang bulan pada umumnya, tapi lumayan mengenyangkan karena teksturnya padat. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline