Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Manuskrip Nusantara untuk Indonesia yang Lupa Ingatan

Diperbarui: 24 Oktober 2018   10:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu manuskrip Nusantara yang tersimpan di Museum Sonobudoyo Yogyakarta (dok. pri).

Manuskrip-manuskrip itu ditulis puluhan, bahkan ratusan tahun yang lalu. Isinya beragam dan menyentuh persoalan-persoalan seputar kehidupan masyarakat Nusantara sehari-hari. Esensinya diyakini masih sangat relevan dengan kondisi bangsa saat ini

***

Secara historis ada banyak bukti bahwa Nusantara memiliki dasar peradaban yang maju. Keberadaan manuskrip atau naskah tulisan kuno adalah salah satu buktinya.

Sejak semula dalam kehidupan masyarakat Nusantara telah berkembang budaya berpikir yang dinamis melalui menulis dan mengkomunikasikan pengetahuan. 

Manuskrip-manuskrip itu menunjukkan bahwa masyarakat Nusantara telah memiliki inisiatif untuk mendokumentasikan fenomena atau kejadian secara rinci dalam bentuk tertulis. Bahkan, ada sejumlah manuskrip Nusantara yang ditulis dengan alas naskah dari kulit kayu yang dibuat jauh sebelum adanya kertas Eropa, sehingga muncul hipotesis bahwa budaya literasi nenek moyang bangsa kita tidak kalah dengan Eropa.

Kompasiana on loc di Museum Sonobudoyo Yogyakarta bertujuan untuk mengenal manuskrip Nusantara (dok. pri).

"Jadi kalau selama ini dikatakan bangsa kita baru pandai beraksara atau tulis menulis saat masa kolonial, menurut saya itu adalah pembodohan", kata Prof. Dr. Oman Faturohman. Guru Besar Filologi dan Studi Islam dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah yang kini menjabat sebagai Staf Ahli Bidang Manajemen Komunikasi dan Informasi Kementerian Agama RI itu hadir sebagai pembicara utama dalam diskusi "Mengenal Peradaban Melalui Manuskrip" yang diadakan oleh Kementerian Agama bersama Kompasiana di Museum Sonobudoyo Yogyakarta pada Sabtu, 20 Oktober 2018. 

Narasumber lainnya adalah Kepala Biro Humas Kementerian Agama, Mastuki, dan Kepala Seksi Koleksi dan Konservasi Museum Sonobudoyo, Ery Sustiyadi.

Oman menyebutkan betapa Indonesia memiliki kekayaan manuskrip yang besar dan beragam. Tidak hanya di dalam negeri, manuskrip Indonesia juga dijumpai di beberapa negara. Dari segi bahasanya ada 18 kelompok bahasa yang digunakan untuk menulis manuskrip Indonesia.

Manuskrip Indonesia yang berasal dari periode pra Islam, Islam, hingga masa penjajahan memiliki arti penting karena menjadi bagian dari lintasan sejarah bangsa. Sayangnya banyak manuskrip rusak dan lenyap sebelum sempat dipelajari. 

Di sisi lain beberapa manuskrip yang bisa diakses melalui koleksi pada sejumlah lembaga seperti museum, kurang menarik perhatian masyarakat seperti halnya minat terhadap museum yang masih rendah. Kondisi ini menyebabkan informasi yang terkandung di dalam manuskrip-manuskrip itu belum tergali sepenuhnya.

Salah satu bentuk manuskrip adalah prasasti (dok. pri).

Meskipun kajian filologi telah tumbuh dalam beberapa tahun terakhir, kesadaran dan perhatian masyarakat Indonesia terhadap manuskrip Nusantara masih perlu ditingkatkan. Masyarakat harus diajak kembali mengenali warisan nenek moyang yang salah satunya berupa manuskrip.
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline