Kutipan pada sebuah buku yang saya baca bulan lalu adalah pemicunya. Kutipan itu bersumber dari Nabi Muhammad saw. Bunyinya kurang lebih: "Beramallah bagi kepentingan duniamu seolah kau akan hidup selamanya. Dan beramallah untuk kepentingan akhiratmu seolah-olah kau benar-benar akan mati esok".
Tafsir atau pemaknaan atas ucapan Nabi tersebut barangkali beragam. Ada yang menarik kesimpulan sebagai dikotomi atau pemisahan antara amal duniawi dan amal ukhrawi. Sementara tafsir lain memandang bahwa urusan dunia dan akhirat sama-sama penting.
Bolehlah semua tafsir itu. Tapi bagi saya ucapan Nabi itu telah menuntun sebuah pertanyaan masuk ke dalam hati. Apakah saya sudah cukup beramal selama ini? Sejauh mana saya bisa menepikan egoisme dalam diri untuk digantikan dengan rasa peduli?
Pertanyaan yang menukik dalam hati itu seolah mengingatkan saya untuk mengkoreksi diri atas apa yang saya jalani selama ini. Ternyata kesenangan ketika mendapat rezeki, kegembiraan atas capaian-capaian selama ini, masih bersimpangan dengan dengan kepedulian untuk berbagi.
Momen koreksi diri itu pun tiba di saat yang tepat, yakni manakala Ramadan di depan mata. Barangkali euforia dan "kesibukan berpuasa" selama ini diam-diam justru membutakan mata sehingga tak mampu melihat kenyataan ada fungsi sosial yang hakiki dari Ramadan, yaitu mengangkat kesusahan sesama manusia dari kelaparan, kehausan, dan lain sebagainya.
Saat niat ditegakkan, di tengah keinginan untuk lebih bisa berbagi pada sesama dan lebih mampu beramal saat Ramadan, ternyata jalannya dimudahkan. Sebulan yang lalu sebuah platform digital menghubungi saya menawarkan model partisipasi dalam sebuah kegiatan inspirasi yang menarik. Mereka meminta saya membuat konten positif berupa artikel-artikel pendek bergaya fun read.
Menulis artikel pendek dengan tema-tema milenial bergaya fun read sebenarnya kurang pas dengan kebiasaan ngblog saya selama ini yang cenderung berbentuk narasi agak panjang seperti di Kompasiana. Tapi platform tersebut memiliki misi berbagi yang baik di bulan Ramadan. Adanya kerjasama dengan Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) RI dan lembaga sosial memungkinkan nilai setiap konten atau artikel bisa diwujudkan menjadi paket donasi untuk disalurkan saat Ramadan nanti.
Saya pun mulai mengikutinya. Menjelang Ramadan, dari artikel yang telah saya kirimkan sejak bulan lalu, sudah mulai terkumpul nilai yang bisa dikonversikan menjadi sejumlah paket buka puasa dan buku-buku bacaan yang disalurkan ke panti-panti asuhan serta sekolah-sekolah yang telah ditentukan.
Rasanya senang bisa menjadikan artikel-artikel yang tampak biasa saja sebagai media beramal. Lewat cara itu setidaknya saya tberupaya agar bisa berbagi lebih saat Ramadan. Tentu saja ada keinginan untuk berbagi dengan cara-cara lain sesuai kemampuan.
Selain keinginan atau target di atas, pada Ramadan ini pun saya ingin membaca lebih banyak buku. Sejak jauh-jauh hari saya menyiapkan beberapa buku bernuansa Islam yang menurut saya akan menarik dibaca selagi menjalani ibadah puasa.
Keinginan membaca lebih banyak buku tak lepas dari pengalaman-pengalaman Ramadan sebelumnya. Saya merasa ada senjang waktu yang sering dilewatkan begitu saja saat ngabuburit, maupun saat-saat tertentu di mana saya sebenarnya bisa mengisinya dengan aktivitas membaca yang lebih bermanfaat.