Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Membangun Masa Depan Bahagia di Tengah Risiko dan Ketidakpastian

Diperbarui: 26 Juli 2017   14:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dadu dalam permainan simulasi perencanaan keuangan Praxis (dok. pri).

Hidup bahagia, sejahtera dan berkecukupan, menjadi harapan semua orang. Bukan hanya untuk saat ini, tapi juga untuk kehidupan di masa depan. Oleh karena itu, ada kalanya seseorang bekerja keras mengumpulkan harta atau kekayaan sedini mungkin.

Seorang fresh graduate misalnya. Ia akan antusias menyambut setiap kesempatan kerja yang datang. Apalagi dengan gaji yang tinggi. Lalu saat ada tawaran pekerjaan lain dengan gaji dan fasilitas yang lebih baik, ia akan beralih. 

Setiap kesempatan akan diambil demi meraih kesuksesan. Anggapannya semakin cepat sukses maka semakin cepat meraih kebahagiaan. Selagi masih produktif apa pun dilakukan secara semaksimal demi tercukupinya kebutuhan hidup saat ini dan nanti. 

Itu wajar karena setiap orang pada dasarnya perlu membangun kehidupan yang baik untuk dirinya dan orang-orang yang dicintainya, terutama keluarga.  Meski demikian kenyataan seringkali tidak seindah harapan. 

Kepastian vs Ketidakpastian

Tuhan memberikan anugerah berupa hidup, sehat dan usia produktif kepada setiap orang. Ketiganya merupakan modal pasti untuk membangun masa depan. 

Tapi di antara kepastian tersebut, ada risiko dan ketidakpastian yang menyertai.  Selagi kebanyakan orang cenderung fokus pada kepastian yang ada di depan mata saat ini, kejadian di masa depan selalu menjadi misteri. Meski seseorang telah merancang hidupnya dengan rapi, tetap saja ada penghalang saat menjalaninya. Sekalipun seseorang bekerja  keras mengumpulkan uang, pasti ada kemungkinan-kemungkinan buruk yang tak terduga. Setiap saat kemalangan bisa menghampiri, seperti sakit parah, terkena PHK, menjadi korban bencana dan sebagainya.

Hal-hal tersebut bisa menyebabkan harapan yang telah ditetapkan menjadi menyimpang. Dalam kondisi terburuk ketidakmampuan seseorang menghadapi kejadian tak terduga bisa membuat harapan untuk hidup bahagia dan sejahtera justru berbuah nestapa. 

Persepsi vs Realita

Ahli perencana keuangan Henra Sensei dalam acara Kompasiana Nangkring Bersama AXA di Hotel Eastparc, Yogyakarta pada 20 Juli 2017, mengatakan bahwa banyak orang Indonesia bisa dengan mudah mengumpulkan kekayaan, tapi gagap dalam mengelola dan melestarikannya. Salah satu penyebabnya adalah terlalu yakin dengan persepsi, padahal realitanya berbeda.

Contohnya, banyak orang menganggap menabung banyak uang di bank akan menghadirkan kemudahan sumber dana untuk keluarga di masa depan. Sementara realitanya saat seseorang meninggal dunia, tabungan miliknya di bank tidak bisa langsung diakses atau diserahkan ke pewarisnya. Bank akan memeriksa terlebih dahulu apakah sang pemilik meninggalkan kewajiban seperti tunggakan pajak atau hutang. Tabungan seseorang di bank juga bisa dibekukan dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline