Pagi itu suasana di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta cukup ramai. Padahal, waktu baru menunjukkan pukul 6 pagi. Namun itu wajar karena sedang akhir pekan. Banyak orang yang baru tiba di stasiun untuk menghabiskan waktu di Yogyakarta. Sementara banyak pula yang akan menuju ke luar kota menggunakan kereta api dari stasiun ini. Termasuk saya yang tak sabar menunggu kereta Joglokerto datang.
Sudah lama saya menginginkan naik kereta Joglokerto. Cerita dari teman yang mengatakan Joglokerto berbeda dengan kereta ekonomi pada umumnnya membuat saya penasaran. Namun sejak diluncurkan pada akhir September 2015, baru pada April 2016 saya bisa bepergian dengan kereta ekonomi tersebut. Sehari sebelumnya saya memesan tiket secara online seharga Rp 60.000. Akan tetapi saya cukup membayar Rp 59.000 sudah termasuk biaya transfer melalui ATM.
Joglokerto adalah kereta ekonomi yang dioperasikan oleh PT. Kereta Api Indonesia (Persero) Daop 6 Yogyakarta dengan rute Solo-Yogyakarta-Purwokerto dan sebaliknya. Rute Joglokerto ini merupakan pengembangan dari rute kereta pendahulunya yaitu Joglo Ekspres yang melayani rute Solo - Yogyakarta dan sebaliknya.
Kereta api Joglokerto memiliki kapasitas angkut sekitar 520 tempat duduk. Tarif yang diberlakukan adalah tarif batas bawah dan taris batas atas karena Joglokerto merupakan kereta komersil non subsidi. Oleh karena itu, penumpang dengan tiket tujuan lebih dekat akan membayar tiket lebih murah. Misalnya dari Yogyakarya menuju Solo tarif tiketnya hanya Rp 20.000. Tiket dapat dipesan secara online mulai 7 hari sebelum (H-7) keberangkatan. Calon penumpang yang hendak berangkat secara mendadak juga masih dapat memesan satu jam sebelum keberangkatan.
Lewat beberapa menit dari pukul 7 pagi, Joglokerto akhirnya muncul di Lempuyangan. Hanya sekitar 4 menit berhenti untuk menaikkan penumpang di stasiun ini sebelum bergerak pelan-pelan ke stasiun Tugu Yogyakarta untuk menjemput penumpang lainnya.
Saat tiba di dalam gerbong saya langsung terkesan dengan kondisi di dalamnya. Di gerbong 5 yang saya tempati hanya beberapa kursi terisi. Tapi bukan itu saja yang menjadi pusat perhatian saya, melainkan interiornya yang bersih, nyaman, dan terlihat seperti masih sangat baru. Lantai gerbongnya masih cukup mulus. Demikian halnya dengan dinding dan kaca yang berada di samping kursi. Di bawah jendela terdapat meja kecil dan dua lubang kelistrikan.
Berbeda dengan kursi kereta ekonomi pada umumnya yang ditata dalam dua lajur dengan susunan 2-3, kursi Joglokerto tersusun 2-2. Ruang berjalan di tengah gerbong menjadi lebih luang dan jarak kursi yang berhadapan terasa lebih longgar. Meski memiliki sandaran tegak, kursi Joglokerto lebih empuk sehingga penumpang merasa nyaman. Saat melongok toilet, kondisinya cukup bersih dan fasilitas di dalamnya berfungsi dengan baik.
Gerbong Joglokerto juga dilengkapi electronic board yang memuat informasi stasiun dan pesan perjalanan lainnya. Jika kebetulan mengantuk saat perjalanan, pengumuman dari pengeras suara di dalam gerbong akan mengingatkan stasiun tujuan dan pemberhentian terdekat. Di setiap gerbong juga terpasang nama, foto dan nomor telepon petugas customer service perjalanan di dalam kereta.
Satu hal lagi yang membuat kenyamanan kereta Joglokerto lebih baik adalah pendingin udara yang terpasang secara built in atau menyatu dengan rangka gerbong, bukan AC tambahan yang dipasang di langit-langit gerbong. Suhu dan kecepatan angin yang keluar dari pendingin udara tidak berlebihan sehingga penumpang merasa betah selama perjalanan.
Hari itu saya sangat menikmati perjalanan bersama kereta Joglokerto. Dengan kenyamanan dan kemudahan yang ditawarkan, Joglokerto layak dijadikan standar baru kereta ekonomi jarak jauh dan jarak sedang di Indonesia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H