[caption caption="Tukang parkir berusia lanjut dalam "100% Yogyakarta" yang dipentaskan pada 31 Oktober & 1 November 2015 di Taman Budaya Yogyakarta. Pementasan ini bagian dari Jerman Fest 2015. "][/caption]
Pertunjukan istimewa bertajuk “100% Yogyakarta” digelar di Taman Budaya Yogyakarta pada 31 Oktober dan 1 November 2015. Pertunjukkan ini merupakan bagian dari Jerman Fest 2015, sebuah festival bersama Jerman-Indonesia yang diprakarsai oleh Kementerian Luar Negeri Jerman dan didukung oleh Goethe Istitut.
100% Yogyakarta adalah pementasan seni teater yang diadaptasi dari konsep unik Rimini Protokoll Berlin, sebuah kelompok teater besar di Jerman. Konsep ini telah sukses dipanggungkan di Berlin, Wina, Zurich, London, Tokyo, dan Melbourne. Kali ini di Indonesia konsep tersebut dikembangkan secara inovatif oleh Teater Garasi.
Yogyakarta dipilih karena merupakan miniatur Indonesia. Nilai-nilai demokrasi dan toleransi di Yogyakarta, serta keterikatan masyarakat dengan daerahnya dianggap mampu mengangkat suara-suara yang penting.
Yang menarik, kolaborasi Rimini Protokoll dan Teater Garasi ini tidak menampilkan aktor teater professional. Sebanyak 100 orang warga biasa yang merupakan penduduk Yogyakarta dipilih sebagai partisipan aktor untuk mengisi panggung.
[caption caption="100 warga biasa yang mewakili demografi dan entitas Yogyakarta menjadi aktor utama dalam "100% Yogyakarta"."]
[/caption]
Pemilihan 100 orang tersebut dilakukan dengan cara yang unik melalui audisi dan wawancara oleh aktor-aktor teater profesional. Persiapan yang dilakukan selama 5 bulan dimulai memilih 1 orang partisipan pertama. Peserta itu lalu diminta merekomendasikan orang yang ia kenal untuk menjadi partisipan selanjutnya. Partisipan yang terpilih kemudian juga diminta untuk merekomendasikan orang-orang selanjutnya.
Penentuan 100 orang terpilih dilakukan berdasarkan 5 kriteria statistik utama yang mewakili demografi Yogyakarta yaitu umur, agama, jenis kelamin, komposisi keluarga dan lokasi tempat tinggal. Selain itu ada 8 kriteria tambahan yaitu etnis, perbedaan budaya dan bahasa, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan dan kemampuan yang beragam.
Hasilnya didapatkan 100 partisipan aktor yang mewakili populasi demografi dan entitas Yogyakarta. Mereka terdiri dari balita, anak-anak hingga orang tua berusia 90 tahun. Laki-laki, perempuan hingga transgender. Latar belakang mereka mulai dari penjual angkringan, petani, tukang parkir, tukang gali kubur, mahasiswa, wartawan, pemilik hotel, hingga dosen. Warga pendatang dari Sumatera hingga Papua, juga dari Eropa dan Amerika. Ada juga mantan pejuang dan penderita HIV AIDS.
[caption caption="Seorang ODHA memperkenalkan diri dan anaknya sebagai bagian dari 100% Yogyakarta."]
[/caption]
[caption caption="Syafira Diva Ayunissa, pelajar kelas 4 SD yang hobi menari dan memiliki boneka kesayangan bernama Pinky."]
[/caption]