Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Mampir ke Pasar Yakopan, Disambut "Jakob Oetama"

Diperbarui: 29 September 2015   10:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Patung lilin "Jakob Oetama" menyambut pengunjung Pasar Yakopan yang diselenggarakan di Bentara Budaya Yogyakarta dari tanggal 22-30 September 2015."][/caption]

Senin sore (28/9/2015), jelang pukul 17.00, saya tiba di halaman Bentara Budaya Yogyakarta (BBY) yang berada di Jalan Suroto 2 Kota Yogyakarta, tepat di samping Gedung Kompas. Belum banyak langkah terlalui, di depan pintu masuk, Jakob Oetama sudah menyambut. Ia berpakaian biru tua, berdiri menyanding sepeda onthel tua. Sebuah tas berisi koran tua yang kertasnya sudah menguning menggantung di lengan sepeda.

Tak berlama-lama di halaman, saya segera menuju gedung BBY. Sebuah spanduk bertuliskan “Pasar Yakopan” tergantung di atas celah pintu yang terbuka. Di dalam ruangan gedung yang tak seberapa luas itu tampak sejumlah orang duduk lesehan menghadap aneka macam barang. Beberapa di antara mereka asyik bicara satu sama lain. Ada juga yang sibuk memperhatikan barang-barang di depannya.

[caption caption="Suasana Pasar Yakopan di dalam gedung Bentara Budaya Yogyakarta pada Senin sore (28/9/2015)."]

[/caption]

Pasar Yakopan adalah acara tahunan yang rutin diselenggarakan setiap tahun oleh Bentara Budaya Yogyakarta setiap bulan September. Ada alasan mengapa dipilih September. Selain memperingati bulan berdirinya Bentara Budaya Yogyakarta, juga dibarengkan dengan bulan kelahiran Jakob Oetama. Nama “Yakopan” pun terinspirasi dari nama sang pendiri Harian Kompas tersebut. Jakob Oetama yang menyambut saya dan pengunjung lainnya juga bukan sosok aslinya. Melainkan hanya patung lilin yang dibuat sangat menyerupai Jakob Oetama.

Pada edisi tahun 2015 ini, Pasar Yakopan berlangsung dari tanggal 22-30 September. Seperti halnya pasar, acara ini juga menjadi ruang tempat bertemunya penjual dan pembeli. Namun, jangan samakan Pasar Yakopan dengan pasar-pasar lainnya. Pasar ini lebih mengutamakan apresiasi dibanding gelegar transaksi.

[caption caption="Berbagai koleksi barang kuno ada di Pasar Yakopan."]

[/caption]

Mengambil gaya interaksi khas Yogyakarta yang spontan dan tanpa sekat, Pasar Yakopan berlangsung sederhana. Hal itu bisa dilihat dari para penjualnya yang duduk lesehan di lantai gedung BBY. Jumlah mereka pun tak banyak. Memang, ada beberapa penjual yang menata barangnya di atas meja dan ia duduk di kursi, tapi semuanya tetap dikemas sederhana.

Pasar Yakopan berusaha menyuguhkan dan “menjual” nostalgia. Kebanyakan barang adalah benda-benda yang sudah jarang ditemui atau diproduksi di masa kini. Mulai dari piringan hitam, kaset lawas, kamera analog, keris, radio kayu, topeng, wayang karton, aneka mainan jadul, hingga buku dan majalah kuno berusia puluhan tahun. Sementara di samping luar gedung, beberapa penjual menyediakan makanan tradisional seperti pecel dan brongkos.

[caption caption="Pengunjung sedang memilih buku-buku lama di Pasar Yakopan."]

[/caption]

[caption caption="Majalah Hai dan Intisari yang terbit tahun 1970-an."]

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline