Lihat ke Halaman Asli

Hendra Wardhana

TERVERIFIKASI

soulmateKAHITNA

Menonton Pertunjukan Musik di Masjid Usai Tarawih

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Musik adalah hal yang selalu mengasyikkan untuk dinikmati. Itu sebabnya jika ada kesempatan mendengarkan lagu atau menonton pertunjukkan musik secara langsung, saya tak pernah ingin melewatkannya. Tentu saja jika musik yang dibawakan itu sesuai selera hati, telinga dan bermanfaat.

Bulan Ramadhan ini saya sedang suka menyaksikan acara Q-Academy yang tayang di Indosiar setiap hari pukul 21.00 WIB. Melalui acara ini saya bisa menyaksikan pertunjukkan-pertunjukkan musik islami dari grup-grup nasyid, hadrah, qasidah, marawis, gambus hingga band religi. Meski tergolong jarang menyimak jenis musik-musik tersebut, namun sejak pertama saya menikmati alunan syair, nada serta hentakan musik dan gerak yang dibawakan oleh setiap grup.

Gara-gara suka menonton acara itu pula, saya menjadi tertarik untuk menyaksikan pertunjukkan musik yang digelar oleh kelompok ibu-ibu usai tarawih Sejak jelang shalat Isya ketika Imam mengumumkan bahwa usai tarawih akan ada penampilan qasidah di teras masjid, saya langsung merasa senang. Hingga tiba saatnya grup qasidah itu tampil saya langsung mencari posisi untuk bisa melihat dari dekat.

Malam itu sebelum pertunjukkan dimulai, sang Imam yang juga pemuka agama setempat memberikan pengantar. Menurut beliau tak ada yang salah dengan bermusik dan berkeseniaan sekalipun itu digelar di Masjid. Selama yang dipertunjukkan tidak mengajarkan keburukan dan tidak membuat lalai, maka hal itu layak untuk dinikmati. Apalagi kesenian seperti qasidah, marawis dan hadrah yang tak sekadar melagukan syair, tetapi juga membawakan syiar, justru hal yang baik.

Pukul 20.15 pertunjukkan qasidah dimulai. Sekitar dua puluh anggota yang mayoritas ibu-ibu dan hanya seorang pria yang bertindak sebagai additional player duduk memutar saling berhadapan di teras masjid. Sementara di dalam masjid jamaah pria duduk santai menjadi penonton. Di luar teras sejumlah anak kecil juga antusias menanti pertunjukkan.

Tidak semua anggota qasidah bermain musik. Malam itu ada sekitar 4 orang yang sepertinya bertindak sebagai lead vocalis. Mereka duduk menghadap buku syair. Seorang ibu memegang drum, dua orang memainkan alat musik sejenis kendang dan beberapa lainnya memainkan rebana.

Pertunjukkan dimulai dengan tabuhan rebana secara rampak. Tak lama berselang keempat vocalis mulai bernyanyi. Syair berbahasa arab dibawakan dengan suara yang agak melengking dengan tempo sedang. Sampai kemudian para pemain musik ikut bernyanyi membentuk koor massal.

Suara vokalis dan koor bergantian saling mengisi. Sepintas musik yang dibawakan terdengar monoton. Dominasi rebana mengalun dari awal hingga akhir. Sementara drum hanya sesekali ditabuh kencang memberikan hentakan di beberapa bagian. Namun menurut saya pertunjukkan qasidah ini tetap menarik untuk diikuti. Apalagi ini adalah pengalaman pertama saya menyaksikan qasidah di Masjid. Sebelumnya saya hanya menyaksikan pertunjukkan-pertunjukkan musik islami di panggung hajatan atau perlombaan.

Malam itu hanya 2 lagu yang dibawakan. Dengan syair yang diulang-ulang maka pertunjukkan pun berlangsung selama sekitar 20 menit.

Pertunjukkan pun usai. Namun sebelum pulang jamaah shalat tarawih yang menyaksikan pertunjukkan qasidah malam itu masih mendapatkan oleh-oleh lainnya yakni nasi kotak dan makanan kecil. Baru kali ini nonton pertunjukkan musik gratis dan malah diberi makan. Tentu saya saja bukan penonton bayaran. Tapi nasi kotak tak bisa ditolak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline