Hari Tanpa Tembakau Sedunia atau World No Tobacco Day kembali diperingati pada tanggal 31 Mei 2015. Peringatan ini selalu menjadi momentumuntuk mengedukasi masyarakat tentang bahaya rokok, perlunya pengaturan produk tembakau serta pentingnya terhindar dari bahaya rokok untuk mewujudkan masyarakat yang sehat.
[caption id="attachment_368554" align="aligncenter" width="594" caption="Hari Tanpa Tembakau Sedunia kembali diperingati 31 Mei 2015. Seorang anak merokok dengan bebas di tepi jalan. Sebagian perokok di Indonesia mulai mencicipi rokok sejak anak-anak dan terus meningkat seiring bertambahnya usia. "][/caption]
Untuk itu berbagai upaya mulai dari kampanye kesehatan hingga penerbitan regulasi baik peraturan pemerintah maupun undang-undang telah dilakukan banyak negara termasuk Indonesia. Lalu apa hasilnya?.
Saya selalu prihatin setiap kali berkunjung ke swalayan koperasi mahasiswa atau ke minimarket kampus karena rokok dengan bebas diperjualbelikan di sana. Ditempatkan di etalase khusus dekat kasir, siapapun yang berbelanja, baik mahasiswa maupun masyarakat umum pasti akan menatap barisan rokok aneka merek itu. Jikapun tidak dibeli setidaknya itu sudah menjadi iklan gratis sebagai pelengkap iklan komersil yang memanipulasi kebiasaan merokok dengan citra pribadi yang dewasa, gagah dan keren.
[caption id="attachment_368555" align="aligncenter" width="594" caption="Rokok telah menjadi bagian dari pemandangan keseharian masyarakat. "]
[/caption]
Sungguh sebuah ironi. Gaung kampanye bahaya merokok yang selama ini gencar dikumandangkan salah satunya oleh masyarakat perguruan tinggi pada akhirnya terpuruk di dalam kampus itu sendiri. Kampus yang diharapkan sebagai kawasan bebas rokok ternyata tak pernah steril dari produk tembakau itu. Warga kampus terutama mahasiswa sebagai unsur masyarakat yang diharapkan menjadi contoh kaum muda bebas rokok justru menjadi salah satu penikmat utama rokok.
Masalah perokok dari kalangan mahasiswa hanya bagian kecil dari permasalahan rokok di Indonesia. Hal itu hanya salah satu bagian dari fakta bahwa 30% dari total jumlah perokok di Indonesia adalah kaum muda usia 15 tahun ke atas. Sebagian besar perokok di Indonesia juga menghisap rokok sejak remaja.
Data terbaru dari Global Youth Tobacco Survey (GYTS) tahun 2014 menunjukkan 18,3% pelajar Indonesia usia 13-15 tahunsudah mempunyai kebiasaan merokok dengan rincian adalah 33,9% pelajar laki-laki dan 2,5% pelajar perempuan. Sementara 11,7% dariperokok pelajar laki-laki dan 9,5% pelajar perempuan tersebut sudah mulai merokok sebelum usia 7 tahun. Selain itu yang lebih memprihatinkan adalah 47,2% pelajar perokok di Indonesia sudah dalam status ketagihan. Mereka memiliki kebiasaan merokok pada saat pertama bangun tidur.
Pengendalian jumlah perokok di kalangan kaum muda sudah mendesak untuk dilakukan secara lebih baik.Sekolah dan perguruan tinggi memiliki peran besar dalammenanggulangi bahaya rokok. Jangan ada lagi guru, dosen, murid dan mahasiswa yang merokok di lingkungan sekolah.Penjualan rokok di lingkungan lembaga pendidikanperlu dilarangdisertai denganedukasi secara terus menerus tentang bahaya rokok. Implementasi peraturan atau undang-undang yang selama ini longgar juga harus diperketat.
Indonesia memang harus menerima “musibah” dan kenyataan pahit tentang jumlah masyarakatnya yang merokok. Di saat prevalensi kebiasaan merokok di sejumlah negara mengalami penurunan, di Indonesia angkanya justru meningkat. Dari tahun 1995 hingga saat ini jumlah perokok usia 15 tahun ke atas di Indonesia terus bertambah.
Sebuah riset bertajuk “Smoking Prevalence and Cigarette Consumption in 187 Countries, 1980-2012” menyebutkan bahwa ada 52 juta orang merokok di seluruh Indonesia. Riset yang dipublikasikan pada tahun 2014 dalam Journal of The American Medical Association (JAMA) itu menunjukkan bahwa Indonesia menjadi salah satu dari 12 negara penyumbang angka 40% dari total seluruh perokok di dunia.
[caption id="attachment_368564" align="aligncenter" width="560" caption="Indonesia memiliki prevalensi tinggipada kelompok perokok medium yang menghisap 10 sampai kurang dari 20 batang rokok per hari (Marie et al., 2014)."]
[/caption]
[caption id="attachment_368569" align="aligncenter" width="567" caption="Indonesia masuk ke dalam zona merah tertinggi dengan angka prevalensi perokok laki-laki 34,7-61,1% (Marie et al., 2014)."]
[/caption]
Berdasarkan jenis kelamin, prevalensi perokok laki-laki di Indonesia juga sangat tinggi, yaitu berada di rentang 34-61%. Hasil ini diamini oleh hasil riset lainnya seperti Riset Kesehatan Dasar Nasional (Riskesdas) 2013 Kementerian Kesehatan RI dan Institute for Health Metrics and Evaluation yang menunjukkan jumlah perokok laki-laki di Indonesia menempati urutan kedua terbesar di dunia. Sementara prevalensi perokok perempuan di Indonesia berada di rentang 2.6-5.6%.
Riset juga menunjukkan hasil yang menyedihkan bahwa ada prevalensi tinggi perokok Indonesia menghabiskan 10 sampai kurang dari 20 batang rokok per hari. Fakta ini tak jauh berbeda dari hasil Riskesdas 2013 bahwa rata-rata perokok di Indonesia menghisap banyak batang rokok per hari. Jumlah terbanyak ada di Bangka Belitung di mana perokok di daerah itu menghisap 18,3 batang rokok setiap hari. Jumlah terendah ada di Yogyakarta di mana perokok menghabiskan 10 batang rokok per hari.
[caption id="attachment_368561" align="aligncenter" width="579" caption="Kebiasaan merokok di Indonesia perlu segera ditekan serendah mungkin."]
[/caption]
Kaum muda adalah harapan masa depan bangsa. Kebiasaan merokok pada kaum muda termasuk pelajar harus segera ditekan seminimal mungkin. Jika banyak masyarakat Indonesia sudah mulai merokok sejak remaja, maka hampir dipastikan di usia produktifnyamereka telah terganggu kesehatannya. Ini adalah kerugian sekaligus musibah yang besar bagi Indonesia.
Masyarakat adalah pelaku utama pembangunan. Terwujudnya masyarakat yang berkualitas dan sehat adalah modal utama untuk menggerakkan roda pembangunan untuk meraih kesejahteraan bangsa. Hal itu dapat tercapai salah satunya dengan menghindari bahaya rokok.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H